Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl), mengalami empat kali erupsi dalam rentang waktu Sabtu dari pukul 07.00 hingga 13.00 waktu setempat. Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru mencatat bahwa erupsi pertama terjadi pada pukul 12.37 WIB tanpa visual letusan yang teramati, namun tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 21 mm dan durasi 115 detik. Sebelumnya, dua erupsi terjadi pada pukul 11.10 WIB dan 09.20 WIB dengan karakteristik yang serupa. Erupsi terakhir pada pukul 07.21 WIB disertai letusan setinggi 800 meter di atas puncak gunung, menghasilkan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut.
Seiring dengan status Gunung Semeru yang masih waspada (level II), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan dalam radius 8 km dari puncak gunung. Di luar radius tersebut, masyarakat juga dihimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terdampak oleh perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak. Lebih lanjut, masyarakat diminta waspada terhadap potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru, khususnya sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada anak sungai dari Besuk Kobokan.
Dalam konteks ini, masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 3 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar. Peringatan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi bahaya akibat erupsi gunung yang dapat mengancam keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar. Selain itu, PVMBG terus memantau aktivitas Gunung Semeru untuk memberikan informasi dan rekomendasi yang tepat kepada masyarakat demi mengurangi risiko yang timbul akibat erupsi gunung yang terjadi secara sporadis.