Warga Keturunan Tionghoa Membersihkan Rupang atau Patung di Wihara Amurva Bhumi Jakarta Jumat 22/02/24
Jakarta, CNBC Indonesia – Tahun baru imlek biasanya menjadi momentum bagi masyarakat Tionghoa dalam memulai sesuatu, salah satunya bisnis. Tak sembarangan, orang Tionghoa tak hanya memperhitungkan aspek ekonomi, tetapi juga aspek spiritual dalam perhitungan bisnis.
Dalam hal ini adalah aturan-aturan ‘keramat’ yang berasal dari kepercayaan China kuno (Fengshui). Meski zaman sudah modern, mereka tetap saja melakukan itu agar warisan leluhur bisa terus terjaga. Menariknya, percaya atau tidak penerapan aturan tersebut sukses membuat bisnis mereka lancar dan mendatangkan keuntungan melimpah.
Apa saja 5 aturan tersebut?
1. Menggantungkan cermin
Mengutip Chinese Culture, cermin atau Bagua dalam bahasa Mandarin dipercaya dapat membawa keberuntungan dan rezeki bagi yang memilikinya. Biasanya, cermin ini digantung di rumah atau tempat usaha sebagai simbol rezeki dan perlindungan spiritual, selain urusan estetik. Meski begitu, alasan logis di balik penerapan aturan ini dimaksudkan supaya barang-barang atau seisi toko bisa terlihat jelas oleh para pengunjung. Cermin memberi refleksi terhadap benda sekitar, sehingga mudah terlihat oleh mata.
2. Pasang jendela dan pintu dengan benar
Dalam perspektif China kuno, jendela dan pintu adalah konsep dasar dari feng shui. Secara teori, jendela dan pintu harus dipasang secara presisi dengan memperhitungkan kondisi sekitar supaya energi positif bisa masuk ke toko. Aturan ini secara logis memang terbukti benar. Jendela dan pintu harus dipasang secara benar supaya udara bisa keluar-masuk. Pasti jika tidak ada atau pemasangan jendela dan pintu asal-alasan, maka toko atau rumah akan pengap. Sudah pasti kondisi demikian membuat rumah atau toko kamu tidak ada yang mau datang.
3. Gantungkan bel di pintu masuk
Aturan ‘keramat’ dari kebudayaan China kuno adalah kebiasaan menggantungkan bel di pintu masuk. Pintu masuk adalah tempat ideal menggantungkan bel. Dengan memasang bel, energi chi positif bisa masuk ke toko. Biasanya, bel ini diikat oleh tali merah dan berbagai ornamen lagi. Secara logis, upaya ini murni untuk menarik perhatian orang-orang supaya bisa melihat toko.
4. Jangan asal buat nama merek
Layaknya pepatah “ucapan adalah doa”, penulisan nama merek juga berlaku demikian. Ilmu feng shui menyebut merek adalah doa, sehingga harus ditulis dengan kata-kata positif. Tak heran kalau nama toko orang China di Indonesia disertai juga dengan kata-kata positif, seperti makmur, sukses, jaya, dan sebagainya.
5. Posisikan etalase dengan benar
Soal ini terkadang banyak orang meremehkannya. Etalase kerap ditaruh asal menyesuaikan area. Namun, aturan China kuno menganjurkan agar memerhatikan posisi etalase dengan benar. Jangan pernah menaruh sisi tajam etalase di depan pintu masuk karena bisa menghalangi energi positif. Secara logis, aturan ini memang bisa meminimalisir ketidaknyamanan pengunjung. Pasalnya, jika benar menaruh sisi tajam di dekat pintu masuk, bisa saja pengunjung kesulitan masuk bahkan hingga terluka. Jadi, itulah lima aturan ‘keramat’ dari kepercayaan China kuno yang dipercaya bisa mendatangkan cuan melimpah. Tak ada salahnya melakukan itu, sebab ada alasan-alasan logis dan sains di baliknya. (luc/luc)