Selaras dengan hal tersebut, Wandha Dwiutari, seorang content creator dan presenter, menegaskan bahwa Pemilu juga merupakan kesempatan bagi perempuan untuk memilih pemimpin yang mewakili suara mereka. Menurut catatannya, dari total 204 juta pemilih pemilu pada 2024, sekitar 102,58 juta adalah pemilih perempuan.
“Suara ini dapat digunakan untuk merealisasikan kebutuhan perempuan. Perempuan tahu permasalahan apa yang kerap dihadapi, seperti masih tingginya kasus kekerasan seksual, kesenjangan pendidikan, dan masih banyak lagi,” kata Wandha.
Wandha yakin, melalui Pemilu, rakyat bisa memilih siapa yang akan mewakili suara perempuan.
Menambahkan hal itu, Mohamad Bijaksana Junerosano, pendiri Waste4Change, yakin bahwa golput tidak hanya merugikan kualitas demokrasi, tetapi juga berdampak pada masa depan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah di Indonesia.
“Dari segi lingkungan, golput jelas bukan pilihan yang bijak. Melihat permasalahan sampah saat ini, kita butuh pemimpin yang punya perhatian khusus pada pengelolaan sampah yang baik, seperti bagaimana praktik kebijakan mendaur ulang sampah di level rumah tangga,” harap Mohamad Bijaksana.