Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Presiden Jokowi telah bertemu, dan hal ini menyebabkan beberapa spekulasi mengenai isi perbincangan mereka yang diduga berkaitan dengan koalisi dan rekonsiliasi.
Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam menilai bahwa tindakan Surya Paloh adalah sebuah manuver. Sebab tidak ada izin dari dua partai rekanan di barisan Koalisi Perubahan yakni PKB dan PKS.
“Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan fungsionaris PKS mengonfirmasi bahwa manuver Paloh itu tidak atas sepengetahuan partai-partai Koalisi Perubahan lainnya. Karena itu, wajar kalau saat ini santer gonjang-ganjing di internal Koalisi Perubahan yang mulai gusar karena khawatir merasa akan dikhianati,” kata Umam dalam keterangannya, Selasa (20/2/2024).
Umam menambahkan, tidak heran jika akhirnya PKS dan PKB mempertanyakan spirit perubahan dalam diri Surya Paloh dan NasDem. Apalagi jika mengingat pernyataan capres nomor urut 1 Anies Baswedan saat debat capres, banyak pemimpin politik yang tidak tahan menjadi oposisi, karena membuat mereka tidak bisa berbisnis.
“Manuver Paloh ini tampaknya memanfaatkan momentum pasca-statement Prabowo Subianto, yang menyatakan siap merangkul semua pihak di kubu 01 dan 03 untuk memperkuat pemerintahannya,” jelas dia.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) ini melihat, realita pilpres 2024 tidak menghadirkan coat-tail effect sama sekali bagi partai yang dipimpin Prabowo Subianto.
Diketahui, Gerindra pada hasil hitung cepat sementara harus berpuas diri berada di peringkat ketiga dengan elektabilitas 13 persen.
“Konsekuensinya, Prabowo akan memiliki tingkat ketergantungan politik (political dependency) yang sangat tinggi untuk menjaga stabilitas politik dan pemerintahannya di fase transisi awal kekuasaan yang seringkali penuh turbulensi,” tutur Umam.