Jakarta, CNBC Indonesia – “Belum makan kalau belum makan nasi”. Ungkapan ini sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia. Masyarakat Indonesia sering merasa belum kenyang jika belum makan nasi. Meskipun sudah makan banyak sayuran dan daging, tetap saja akan merasa lapar karena belum makan nasi.
Pandangan ini semakin memperkuat keyakinan bahwa masyarakat Indonesia sangat bergantung pada nasi dan beras. Dalam situasi kenaikan harga beras seperti sekarang, masyarakat tetap akan membelinya karena sudah terbiasa bergantung padanya.
Sejak kapan kebiasaan ini terjadi? Menurut sejarawan Fadly Rahman dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada 23 Februari 2024, ketergantungan ini sudah ada sejak zaman kuno, sebelum abad ke-10 Masehi.
“Masyarakat Jawa Kuno sudah banyak mengonsumsi beras. Hal ini dapat dilihat dari naskah-naskah kuno dan relief candi. Mereka sudah mulai membudidayakan padi,” ujarnya.
Konsumsi padi tidak hanya terbatas pada masyarakat biasa, tetapi juga para raja. Perbedaannya terletak pada varietas beras yang ditanam. Meskipun demikian, di masa kuno juga terdapat variasi makanan lain selain beras yang dikonsumsi.
Selain nasi, penduduk juga membudidayakan dan mengonsumsi ubi, singkong, sagu, dan jawa wood yang sekarang dikenal sebagai sorgum. Keberadaan variasi makanan ini biasanya disesuaikan dengan lokasi. Varian pangan ini juga rutin dikonsumsi oleh masyarakat kuno dan belum ada dominasi beras.
Dominasi beras baru terjadi pada masa kolonialisme di Indonesia. Pemerintah kolonial mendorong pergeseran produksi pangan untuk kepentingan mereka sendiri, terutama dalam hal kebutuhan tenaga kerja pribumi.
Selama periode kolonialisme, berbagai kebijakan seperti preangerstelsel, cultuurstelsel (tanam paksa), hingga kebijakan liberalisasi tahun 1870 membuat ragam pangan lokal terpinggirkan dan digantikan oleh beras.
Perjalanan ini membuat masyarakat semakin bergantung pada beras dan nasi. Di masa Soekarno, ada upaya diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Namun, kebijakan berubah saat Soeharto berkuasa melalui program revolusi hijau yang membuat seluruh masyarakat mengonsumsi beras.