Jakarta, CNBC Indonesia – Menghadapi anak yang sering membantah dan sulit mendengarkan orang lain adalah hal yang membuat orang tua lelah, stres, dan pusing tujuh keliling. Bahkan, sebagian besar orang tua menilai membangun karakter anak agar menjadi penurut merupakan suatu tantangan terbesar.
Meskipun demikian, orang tua harus memahami bahwa anak yang sulit menurut bukanlah anak yang nakal, tetapi membutuhkan arahan yang tepat dan disampaikan dengan sabar. Terlebih, anak-anak masih memiliki emosi yang belum stabil seperti orang dewasa.
Camilla Miller, ahli parenting sekaligus pelatih Language of Listening Parent Coaching mengungkapkan tiga cara untuk membuat anak menjadi sosok pendengar yang baik. Apa saja? Berikut ulasannya dikutip dari CNBC Make It.
1. Arahkan perilaku anak
Jika anak menunjukkan perilaku yang tidak Anda sukai, bantulah mereka untuk mengarahkan perilaku tersebut dengan cara yang lebih baik. Misalnya, anak sering meloncat-loncat di sofa atau kasur, daripada memarahinya, lebih baik Anda memfasilitasi si kecil dengan memberikan trampolin sebagai upaya menunjukkan bahwa meloncat-loncat di sofa atau kasur bukanlah hal yang baik. Namun di samping itu, Anda juga tetap menunjukkan rasa peduli dan dukungan terhadap perilaku kesukaannya.
“Hal tersebut perlu dilakukan untuk melihat apa yang sebenarnya anak butuhkan dan membantu mereka untuk menemukan cara agar perilakunya dapat diterima,” jelas Miller, dikutip Rabu (6/3/2024).
2. Katakan Hal Berdasarkan Apa yang Dilihat
Menurut Miller, mengungkapkan suatu hal berdasarkan apa yang Anda lihat merupakan hal penting yang harus dilakukan orang tua. Sebab, cara komunikasi yang seperti ini akan lebih mudah dipahami dan diterima si kecil. Sebagai contoh, ketika anak sedang bermain, mungkin Anda akan berpikir bahwa si kecil tidak mau berbagi mainan dengan temannya. Namun pada kenyataannya, mungkin si kecil bukannya tidak mau berbagi, tetapi dia memang sibuk bermain.
Dalam kasus seperti ini, orang tua bisa mengatakan, “Wah, mainnya seru banget, ya,” atau “Kamu kelihatannya sibuk banget.” Dengan begitu, mungkin anak justru akan berani untuk jujur mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Hal tersebut karena Anda menunjukkan sikap yang peduli kepadanya.
“Ketika anak merasa tidak didengarkan, mereka akan merasa bahwa Anda mengabaikan apa yang mereka ingin dan butuhkan,” sebut Miller. “Jika Anda ingin didengarkan, dengarlah perasaan anak terlebih dulu,” ujar Miller menegaskan betapa pentingnya mendengarkan dan memvalidasi perasaan anak.
3. Apresiasi Anak
Apabila anak baru saja menyelesaikan suatu permasalahan, tunjukkan kepedulian Anda dengan mengapresiasi kelebihan mereka. Hal tersebut dapat diucapkan melalui perkataan seperti, “Kamu keren, deh, bisa menyelesaikannya dengan baik,” atau “Bunda bangga, deh, sama kamu.”
Dengan demikian, anak pun akan melihat bahwa mereka adalah seseorang yang mampu membuat keputusan dengan baik dan kompeten dalam melakukan sesuatu. Sesudah itu, mereka akan terus melakukan hal baik untuk ke depannya.
“Dengan memahami suara hati anak, Anda membantu mereka untuk meningkatkan kepercayaan diri,” sebut Miller.
(Artikel ini telah disiarkan di CNBC Indonesia)