Maroko, negara yang terkenal kaya akan budaya dan tradisi, memiliki satu perayaan yang istimewa saat Ramadhan. Di tengah Bulan Suci ini, terdapat satu hal yang istimewa yang membuat atmosfer Ramadhan di Maroko begitu khas dan memikat yaitu kue-kue khas Ramadhan yang lezat dan beragam.
Salah satu kue yang paling terkenal adalah Chebakia. Kue ini terdiri dari campuran bermacam bumbu rempah-rempah yang kemudian digoreng dengan minyak, dicelupkan ke dalam sirup gula, dan ditaburi dengan wijen. Rasanya yang kaya dan teksturnya yang renyah membuatnya menjadi favorit banyak orang. Namun, seperti banyak kue tradisional lainnya, Chebakia juga menjadi sedikit keras setelah beberapa hari dibiarkan.
Tidak hanya Chebakia, tetapi juga ada banyak kue kering lainnya yang dihidangkan selama Ramadhan di Maroko. Beberapa di antaranya diisi dengan kurma, sementara yang lain dipanggang dengan kacang almond, menciptakan variasi rasa yang memanjakan lidah.
Sama halnya dengan beberapa negara lain, di Maroko berbuka puasa juga disebut Iftar. Tradisi berbuka puasa ini memiliki ciri khasnya tersendiri di Maroko. Setiap keluarga biasanya berkumpul di sekitar meja yang dipenuhi dengan sajian khas Ramadhan seperti kurma, susu, sup, dan berbagai jenis kue kering.
Ada juga jus buah, telur rebus, dan teh khas Maroko yang menjadi bagian tak terpisahkan dari hidangan berbuka. Gigitan pertama setelah seharian berpuasa sering kali dimulai dengan kurma dan seteguk susu, diikuti oleh meminum sup, dan kemudian menyantap makan malam. Makanan kecil juga disajikan sebelum sholat malam sekitar pukul 4 pagi.
Namun, tradisi Ramadhan di Maroko tidak hanya sebatas pada makanan dan minuman. Beberapa tahun lalu, Maroko menghentikan perubahan waktu dari musim panas ke musim dingin, tetapi waktu untuk Ramadhan masih berubah. Pada tahun ini, penyesuaian jam dilakukan pada tanggal 10 Maret, dimana jam mundur satu jam dari jam 3 pagi menjadi jam 2 pagi, dan kemudian diatur kembali pada tanggal 14 April.
Selama Ramadhan, bus dan taksi tetap beroperasi seperti biasa di Maroko. Perbedaannya terletak pada beberapa detail operasional, seperti bus Supratours yang tidak memiliki waktu istirahat makan siang yang panjang, namun seringkali masih ada jeda untuk berbuka puasa saat waktunya telah tiba.
Meskipun banyak rumor beredar, sebagian besar masyarakat Maroko tidak keberatan jika Anda makan di depan mereka selama Ramadhan. Anak-anak dan turis tidak diwajibkan berpuasa, para ibu terbiasa menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka di siang hari dan juga makan di depan mereka, sehingga restoran-restoran pun tetap buka untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun penduduk lokal yang tidak berpuasa.
Selama Ramadhan, jalanan seringkali menjadi sepi, tetapi beberapa kafe dan restoran wisata tetap buka sepanjang hari. Bagi pengunjung yang ingin merasakan atmosfer Ramadhan yang unik, berbuka puasa di Maroko adalah pengalaman yang tak terlupakan. [beq]
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks