More

    – 5 Fakta Menarik tentang Jemaah Aolia – Lebaran Datang Lebih Cepat bagi Jemaah Aolia – Jemaah Aolia Merasa Berkomunikasi dengan Allah Melalui Telepon

    Jemaah Masjid Aolia di Desa Panggang III, Giriharjo, Kapanewon Panggang, Gunung Kidul, menciptakan kehebohan. Jemaah Aolia merayakan Lebaran lebih awal daripada kebanyakan umat Islam pada umumnya.

    Hal ini diketahui melalui beberapa video yang beredar di media sosial. Dari video tersebut, terlihat jemaah datang untuk melaksanakan salat Idul Fitri 1445 Hijriah pada Jumat (5/4/2024).

    Mereka melaksanakan salat tersebut di rumah imam masjid Aolia, KH Ibnu Hajar Pranono atau yang akrab dipanggil Mbah Benu. Informasi tentang salat Idul Fitri tersebut sebelumnya diumumkan oleh menantu Mbah Benu, Bunda.

    “Besok (Jumat) jemaah Masjid Aolia akan melaksanakan salat Id,” kata Daud, menantu Mbah Benu, seperti dilansir dari detikcom, Minggu (7/4/2024).

    Berikut adalah beberapa fakta tentang jemaah Masjid Aolia yang merayakan Idul Fitri lebih awal:

    1. Salat Idul Fitri Jumat 5 April 2024
    Jemaah Aolia juga diketahui memulai ibadah puasa Ramadhan 2024 lebih awal pada Kamis (7/3/2024). Hal itu diungkapkan langsung oleh Daud. “Ya, sudah mulai puasa,” katanya.

    Sebelumnya, pada Rabu (6/3/2024) malam di musala Aolia, jemaah menjalankan ibadah salat tarawih setelah salat Isya pukul 19.38 WIB. Musala tersebut juga terletak di rumah imam jemaah masjid Aolia.

    Dengan memulai puasa lebih awal, mereka juga merayakan Lebaran lebih awal dengan melaksanakan salat Idul Fitri pada Jumat (5/4/2024). Bahkan, Mbah Benu menyatakan bahwa jemaahnya di seluruh dunia juga melaksanakan salat Id pada hari yang sama.

    “Saya tidak bisa memperkirakan jumlah jemaah di seluruh dunia. Ada di Kalimantan, Papua, Inggris, Malaysia, India,” ujar Mbah Benu.

    2. Isi Khutbah Idul Fitri Jemaah Aolia
    Mbah Benu menyampaikan isi khutbahnya pada pelaksanaan salat Id kali ini tentang pentingnya saling menghormati sesama manusia dan keberadaan umat Islam yang saling menjaga. Ia menyarankan agar tidak mudah terpancing oleh provokasi.

    “Jangan jadi jangkriknya setan! Manusia dengan manusia tidak boleh dimainkan! Jangan!” ungkap Mbah Benu.

    Imam masjid Aolia juga menekankan bahwa jika umat Islam saling bermusuhan, negara akan menghadapi kehancuran. Dia juga mengingatkan jemaahnya untuk selalu berpikir positif karena pikiran negatif akan merugikan diri sendiri.

    Untuk informasi lanjut tentang jemaah masjid Aolia yang merayakan Lebaran lebih awal, Bunda bisa lanjutkan membaca di halaman berikutnya.

    3. Viral Pengakuan ‘Lebaran Usai Telepon Allah’
    Pernyataan Mbah Benu yang mengaku telah menelepon Allah SWT untuk menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah menjadi viral. Hal ini menuai kritik dari berbagai pihak.

    “Saya tidak menggunakan perhitungan, saya langsung menelepon Allah Taala, Ya Allah, pada malam 4 malam 4, Ya Allah, ini sudah 29, kapan 1 Syawal, Allah Taala hadir, pada tanggal 5 Jumat, makanya jika ada yang keberatan, itu adalah urusan Allah,” ucapnya dalam bahasa Jawa.

    4. Klarifikasi Jemaah Aolia Setelah Viral ‘Lebaran Usai Telepon Allah’
    Setelah menjadi viral dan mendapat kritik dari berbagai pihak, Mbah Benu akhirnya memberikan klarifikasi tentang ucapannya mengenai menelepon Allah. “Terkait pernyataan saya tadi pagi (Jumat) tentang istilah menelepon Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah sekadar ungkapan,” kata Mbah Benu.

    Mbah Benu menjelaskan bahwa istilah tersebut adalah bagian dari perjalanan spiritualnya dalam beragama Islam. Dia juga meminta maaf jika perkataannya menyinggung banyak pihak.

    5. Tanggapan MUI dan Kecaman PBNU
    Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi pernyataan Mbah Benu setelah mengklaim menelepon Allah SWT. Mbah Benu mengatakan insiden yang terjadi di Gunung Kidul adalah kesalahan dan perlu ditegaskan.

    “Kejadian di sebuah komunitas di Gunung Kidul adalah kesalahan, perlu untuk diperingatkan. Bisa jadi dia berbuat karena tidak tahu, maka tugas kita adalah memberitahu, jika dia lalai, harus diingatkan,” kata ketua MUI, Asrorun Ni’am.

    MUI juga menyatakan bahwa praktik keagamaan tersebut dianggap menyimpang jika dilakukan dalam kondisi sadar. Oleh karena itu, MUI menganggap bahwa mengikuti praktik tersebut dapat dikategorikan sebagai haram.

    Sementara itu, Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur juga memberikan komentar dan meminta kepada jemaah tersebut agar tidak mempermainkan agama Islam.

    “Fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang merayakan Hari Raya pada Jumat dengan alasan tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, sungguh menyedihkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang,” ujar Gus Fahrur.

    Source link