Jakarta, CNBC Indonesia – Saat merayakan Hari Raya Idul Fitri ada beberapa kebiasaan yang umum dilakukan seperti kumpul Lebaran dengan keluarga besar. Momen tersebut dapat menjadi ajang yang menggembirakan karena bisa menjalin silaturahmi dengan sanak saudara. Akan tetapi, kumpul Lebaran dengan keluarga besar juga bisa menjadi hal yang menjengkelkan jika terlontar pertanyaan “Kapan nikah?” atau “Mana, nih, calonnya (suami atau istri)?”. Entah serius atau sekadar basa-basi, pertanyaan ini sering menjadi momok bagi sejumlah orang.
Lantas, bagaimana cara menjawab pertanyaan terkait pernikahan dari keluarga? Psikolog sosial, Regina Navira Pratiwi mengatakan bahwa sikap pertama yang harus dilakukan oleh penerima pertanyaan “Kapan nikah?” adalah memiliki pola pikir yang netral atas pertanyaan tersebut. Menurut Regina, penerima pertanyaan harus menganggap bahwa “Kapan nikah?” adalah pertanyaan yang sama dengan pertanyaan lainnya. Dengan demikian, pertanyaan itu sebaiknya direspons dengan jawaban yang netral.
“Bila kita sudah paham bahwa pertanyaan tersebut adalah hal yang netral maka cobalah untuk memberikan jawaban yang juga netral dan objektif. Berilah jawaban yang bisa membuat kita berada di posisi yang aman,” ujar Regina kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (10/4/2024).
Pakar psikologi sosial dari Empathinc Psychology Center ini mengatakan, penerima pertanyaan tidak perlu menjawab dengan konotasi buruk. Sebagai gantinya, jawablah dengan meminta doa yang terbaik dari seseorang yang bertanya, seperti “Mohon didoakan saja, ya,” atau segera mengalihkannya dengan topik lain.
Regina mengatakan, berusaha untuk bersikap netral, menjawab secukupnya, dan memberikan interpretasi kesan positif melalui jawaban yang diberikan adalah cara untuk menyelamatkan diri dari hal-hal yang buruk.
“Itu adalah mekanisme pertahanan diri kita untuk bisa sehat karena pertanyaan itu, kan, kalau kita lihat secara fenomena sosial itu banyak banget ditanyakan,” jelas Regina.
“Kalau kita memang tidak cerdas untuk memberikan pertanyaan yang netral, itu akan jadi masalah,” imbuhnya.
Regina mengatakan, setiap individu harus memahami bahwa orang memiliki batasan tertentu dalam bersosialisasi. Maka dari itu, ia meminta setiap orang harus bertindak secara bijak dalam berbasa-basi atau berkomunikasi, salah satunya dengan memikirkan perasaan satu sama lain sebelum berbicara. Alih-alih memberikan pertanyaan yang mungkin membuat perasaan tidak nyaman, Regina menyarankan setiap orang untuk membuka topik yang menyenangkan, seperti terkait hobi.
“Kita harus memiliki kesadaran itu. Jangan sampai kita memberikan pertanyaan yang terlalu personal. Hormatilah orang lain. Sebelum bertemu keluarga, pikirkan kembali tentang kesiapan mental seseorang yang sudah lama tidak bertemu,” imbau Regina.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Lebaran/Idul Fitri 2024 Versi Muhammadiyah & Prediksi Pemerintah
(luc/luc)