Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu gangguan nutrisi yang sering muncul tetapi banyak diabaikan adalah kekurangan zat besi. Padahal, kekurangan zat besi bisa berdampak signifikan pada kualitas hidup dan prestasi akademik.
Zat besi termasuk mineral penting untuk tubuh dalam pembentukan sel darah merah. Bila sel darah merah berkurang (anemia), Anda bisa mengalami gangguan fungsi organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui anemia defisiensi besi (IDA) sebagai kekurangan nutrisi yang paling umum di dunia, dengan 30% populasi terkena kondisi ini.
Para remaja wanita disebut sangat rentan terhadap kondisi ini, karena pola makan mereka yang cenderung lebih rendah pada makanan yang mengandung mineral ini dan mereka kehilangan banyak zat besi selama awal menstruasi.
Menurut data yang dipublikasikan di JAMA Network, kekurangan zat besi mempengaruhi hampir 40% wanita Amerika berusia 12 hingga 21 tahun antara tahun 2003 dan 2020. Anemia defisiensi besi mempengaruhi 6% dari populasi ini menurut laporan yang sama.
Berikut beberapa tanda tubuh kekurangan zat besi yang dilansir Eat This, Not That!
1. Mudah lelah
Salah satu tanda kekurangan zat besi adalah rasa lelah atau kelelahan yang tidak biasa. Gejala ini muncul karena tubuh Anda bergantung pada zat besi untuk membuat hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang memungkinkannya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika kadar zat besi rendah, tubuh akan kesulitan mengangkut oksigen yang cukup ke jaringan dan organ, sehingga menyebabkan rasa lelah yang terus-menerus.
2. Muncul kuku berbentuk sendok
Kalau kuku Anda cenderung rapuh dan berbentuk sendok atau koilonychia, bisa jadi Anda mengalami kekurangan zat besi. Saat tubuh kurang asupan zat besi, secara perlahan bagian tengah kuku akan menekan ke bawah dan ujungnya terangkat, membentuk seperti sendok.
3. Sering kedinginan
Salah satu tanda kekurangan zat besi adalah peningkatan kepekaan terhadap suhu dingin. Individu dengan kadar zat besi yang tidak mencukupi mungkin merasa sangat kedinginan atau tangan dan kaki terasa dingin, bahkan di lingkungan yang relatif hangat. Hal ini terjadi karena zat besi berperan penting dalam produksi hemoglobin, yang penting untuk transportasi oksigen dalam tubuh, sehingga mempengaruhi pengaturan suhu internal kita.
4. Prestasi akademis yang buruk
Bagi anak-anak, asupan zat besi yang tidak memadai, seiring berjalannya waktu, dapat bermanifestasi menjadi prestasi akademis yang buruk. Dalam sebuah penelitian, nilai rata-rata matematika lebih rendah pada anak-anak yang kekurangan zat besi dibandingkan dengan anak-anak dengan status zat besi normal. Tinjauan sistematis terhadap lima puluh penelitian yang dipublikasikan di Nutrients menunjukkan bahwa status zat besi dan anemia mungkin berhubungan dengan kinerja akademik dalam beberapa konteks dan bahwa suplementasi zat besi selama masa remaja dapat meningkatkan kinerja sekolah, perhatian, dan konsentrasi, namun diperlukan lebih banyak penelitian berkualitas tinggi untuk membuktikannya. rekomendasi. Penting juga untuk diingat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademis selain asupan zat besi.
5. Gangguan tidur
Kadar zat besi yang cukup dalam tubuh membantu produksi serotonin dan dopamin, yang merupakan neurotransmiter penting untuk mengatur siklus tidur. Data menunjukkan kekurangan zat besi dikaitkan dengan kualitas tidur yang lebih rendah, gangguan pernapasan saat tidur, dan faktor lain yang berhubungan dengan tidur.
6. Mengalami kecemasan
Kecemasan bisa berasal dari berbagai sumber, mulai dari faktor genetik hingga pengalaman hidup. Yang kurang diketahui adalah bahwa kekurangan zat besi juga dapat dikaitkan dengan peningkatan kecemasan. Zat besi sangat penting untuk mendukung kesehatan otak, mempengaruhi sintesis neurotransmitter dan fungsi otak.
7. Gangguan makan
Salah satu tanda kekurangan zat besi yang menarik adalah suatu kondisi yang dikenal sebagai pica. Pica ditandai dengan mengidam zat-zat yang tidak memiliki nilai gizi, seperti es, tanah, tanah liat, atau pati. Perilaku makan yang tidak biasa ini sering kali merupakan cara tubuh memberi sinyal kurangnya nutrisi penting, seperti zat besi. Wanita hamil dan praremaja mempunyai risiko tertinggi terkena pica.
[Husna/hsy]