Beberapa hari belakangan ini, media sosial dihebohkan oleh tindakan pengguna mobil Toyota Fortuner yang arogan dan sering kali melanggar aturan.
Baru-baru ini, seorang pengemudi Fortuner bernama Pierre WG Abraham viral karena memalsukan pelat dinas TNI. Aksi arogannya terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 56 dan akhirnya membuatnya ditahan oleh polisi.
Menurut pihak kepolisian, Pierre WG Abraham memalsukan pelat dinas TNI atas nama Marsda TNI (Purn) Asep Adang Supriyadi. Selama peristiwa itu berlangsung, Pierre terlibat dalam argumen dan bahkan mengaku sebagai adik dari seorang jenderal TNI, padahal tidak ada hubungan keluarga yang menghubungkannya dengan Asep dan tidak pernah menjadi anggota TNI.
Polda Metro Jaya telah menetapkan Pierre WG Abraham sebagai tersangka kasus pemalsuan pelat dinas TNI dan diancam dengan hukuman penjara selama enam tahun.
Kejadian ini semakin memperkuat stigma yang mengatakan bahwa pemilik mobil Pajero dan Fortuner cenderung arogan dan suka melanggar aturan. Sebelumnya, telah terjadi banyak pelanggaran lalu lintas yang melibatkan pengemudi mobil SUV.
Ternyata, tidak hanya di Indonesia, masalah dan stigma tersebut juga ada di Amerika Serikat. Sebuah riset ilmiah dari University of California pada tahun 2012 menunjukkan bahwa pengemudi mobil mewah cenderung ugal-ugalan, berani memotong jalur orang lain, dan melanggar hukum.
Riset yang dilakukan oleh University of Illinois dan University of California pada tahun 2012 menemukan bahwa orang kaya cenderung memiliki perilaku buruk karena sikap egois dan fokus pada diri sendiri. Mereka tidak tertarik untuk menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang yang dianggap tidak sepadan.
Permasalahan ini kembali pada kepemilikan sumber daya yang melimpah, baik uang, harta, atau kekuasaan. Kekayaan ini membuat orang kaya merasa bebas untuk memenuhi keinginan mereka demi mendapatkan status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.
Di sisi lain, masyarakat kelas menengah ke bawah lebih berhati-hati dalam berperilaku karena terbatasnya sumber daya yang mereka miliki. Mereka menghindari konflik baru dan lebih cenderung untuk bekerjasama demi kepentingan bersama.
Meskipun demikian, riset tersebut tidak bermaksud untuk menggeneralisasi. Masih banyak orang kaya yang berperilaku positif dan banyak individu kelas menengah ke bawah yang menunjukkan sikap tidak etis.