Jakarta, CNBC Indonesia – Para penggemar Taylor Swift sedang menikmati rilis album ke-11 penyanyi favorit mereka, yaitu “The Tortured Poets Department”. Album ini menggambarkan kemarahan, kesedihan, kerinduan, dan kebingungan yang disukai penggemar dalam sebuah lagu perpisahan.
Lagu ini bercerita tentang hancurnya hati seseorang karena pria yang telah memasangkan cincin di jari pernikahannya sekarang meninggalkannya.
Seperti dilansir dari CNN International, para ahli mengatakan mendengarkan musik ‘galau’ adalah hal yang normal dan sering kali membantu. Taylor Swift sendiri berbagi filosofi dalam postingan Instagram tentang album tersebut.
“Penulis ini sangat yakin bahwa air mata kita menjadi suci dalam bentuk tinta di sebuah catatan. Setelah kita menceritakan kisah paling menyedihkan kita, kita bisa terbebas darinya,” kata Arianna Galligher, direktur Kantor Kesejahteraan Gabbe dan Program Stres, Trauma, dan Ketahanan (STAR) di The Ohio State University Wexner Medical Center.
Menurut Galligher, penting untuk mengeksplorasi emosi yang lebih menyakitkan dan merasa bahwa itu normal karena orang lain juga pernah mengalaminya.
Proses itu mungkin akan membawa kita pada penerimaan yang lebih besar terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Ia juga menekankan pentingnya untuk melakukan sesuatu yang disukai agar tetap berada di masa sekarang.
Galligher juga menyebut bahwa lagu-lagu Taylor Swift berhasil karena mampu menampilkan nuansa kesedihan sekaligus pemberdayaan dalam tulisannya. Swift seringkali menyoroti tema-tema keseimbangan, pertumbuhan, dan pembelajaran dalam karya-karyanya.
Dengan begitu, eksplorasi yang sehat dan berimbang seperti ini dianggap sebagai model yang baik dalam berkarya.
Selain lagu-lagu patah hati, Taylor Swift juga menghadirkan lagu-lagu yang menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran, seperti lagu “Fresh Out the Slammer” di album barunya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Viral Taylor Swift Cium Pacar di Super Bowl, Disiarkan Sedunia
(dce)