More

    4 Fakta Varian FLiRT yang Bikin Kasus Covid-19 di Singapura Meroket


    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam dua pekan terakhir, Singapura mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan. Dilaporkan, gelombang baru tersebut didominasi oleh Covid-19 varian baru, yakni KP.1 dan KP.2 yang termasuk dalam kelompok varian FLiRT.

    Mengutip dari keterangan resmi Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), KP.1 dan KP.2 adalah varian yang mendominasi dua pertiga kasus Covid-19 di Negeri Singa. Meskipun demikian, MOH menegaskan bahwa tidak ada indikasi varian ini lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian sebelumnya.

    Secara rinci, MOH memperkirakan bahwa kasus Covid-19 di Singapura pada pekan 5-11 Mei 2024 naik menjadi 25.900 orang. Pada pekan sebelumnya, jumlah kasus yang diterima MOH adalah sebanyak 13.700 orang.

    “Sementara itu, rata-rata rawat inap harian akibat Covid-19 juga meningkat menjadi sekitar 250 dari 171 pada pekan sebelumnya,” tulis MOH dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (22/5/2024).

    “Sedangkan, rata-rata kasus harian di Unit Perawatan Intensif (ICU) tetap rendah yaitu tiga kasus dibandingkan dua kasus pada minggu sebelumnya,” sambung pernyataan MOH.

    Lantas, apa itu Covid-19 varian FLiRT yang menjadi penyebab lonjakan kasus di Singapura? Berikut empat faktanya.

    1. Mengenal Apa Itu Covid-19 Varian FLiRT dan Jenisnya
    FLiRT adalah istilah yang digunakan para ahli untuk menggambarkan seluruh keluarga varian berbeda, termasuk KP.2 dari KP dan JN.1.7 dari JN yang mengalami rangkaian mutasi yang sama secara independen, yakni evolusi konvergen.

    “Mereka semua merupakan keturunan varian JN.1 yang dominan di AS selama beberapa bulan terakhir,” ujar profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Andy Pekosz, dikutip Kamis (16/5/2024).

    Menurut data terbaru, CDC saat ini sedang mengawasi Covid-19 varian KP.2 dan KP.1.1 yang terkadang disebut FLiRT dalam pengawasan air limbah. Pengawasan ini dilakukan untuk memahami potensi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat

    “Saat ini, KP.2 merupakan varian yang dominan di AS. Namun, data pengujian laboratorium menunjukkan tingkat penularan SARS-CoV-2 secara keseluruhan saat ini tergolong rendah,” tulis pernyataan CDC, dikutip dari USA Today.

    “Artinya, meskipun secara proporsional KP.2 merupakan varian yang paling dominan, ini tidak menyebabkan peningkatan infeksi karena penularan SARS-CoV-2 rendah,” lanjut CDC.

    Menurut Prof. Pekosz, virus seperti SARS-CoV-2 memang sering bermutasi untuk menghindari pengenalan oleh antibodi dan meningkatkan kemampuan untuk menginfeksi sel tubuh manusia. Namun, ini merupakan siklus yang sudah familier terkait Covid-19.

    2. Daftar Gejala Covid-19 Varian FLiRT
    Hingga saat ini, masih belum ditemukan gejala khusus atau baru yang berkaitan erat dengan Covid-19 varian FLiRT. Namun, masa inkubasi varian ini disebut serupa dengan JN.1 dan varian Omicron sebelumnya, yakni lima hari atau lebih sebelum muncul gejala.

    “Kekebalan manusia yang jauh lebih kuat berkat vaksinasi dan infeksi dapat menurunkan tingkat keparahan gejala akibat Covid-19 varian FLiRT,” tulis laporan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

    Menurut CDC mengutip USA Today, Covid-19 varian FLiRT memiliki gejala yang mirip dengan JN.1, yakni.
    1. Demam atau menggigil
    2. Batuk
    3. Sakit tenggorokan
    4. Hidung tersumbat atau meler
    5. Sakit kepala
    6. Sesak napas
    7. Kelelahan
    8. Kehilangan indra perasa dan penciuman
    9. Tubuh terasa kurang kesadaran
    10. Gejala gastrointestinal (sakit perut, diare ringan, dan muntah)

    Guna menghindari risiko terjangkit Covid-19 varian FLiRT, masyarakat kembali disarankan untuk menggunakan masker jika sedang berada di luar ruangan, menghindari kerumunan, dan memiliki ruangan dengan ventilasi yang baik.

    “Simpanlah beberapa alat tes mandiri dan lakukan tes saat Anda mulai merasa sakit,” tulis laporan yang sama.

    3. Tingkat Risiko Covid-19 Varian FLiRT, Apakah Mematikan?
    Menurut Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, ada beberapa kondisi yang menentukan apakah seseorang dapat lebih kebal terhadap Covid-19 varian FLiRT, yakni jenis varian yang menjangkit sebelumnya.

    Jika Anda baru terjangkit Covid-19 varian JN.1 maka potensi terlindungi dari seluruh Covid-19 varian FLiRT akan lebih tinggi. Sebab, JN.1 dan FLiRT hanya memiliki perbedaan pada satu atau dua perubahan asam amino.

    Namun, jika Anda terjangkit varian yang ‘lebih tua’ dari JN.1 maka perlindungan terhadap FLiRT yang diperoleh tidak begitu besar.

    Dengan demikian, masyarakat dunia tetap harus berwaspada karena varian FLiRT ini berpotensi menimbulkan lonjakan kasus pada musim panas ini. Meskipun gelombang masih tergolong lebih kecil, risiko tinggi varian FLiRT tetap mengintai kelompok yang lebih rentan, seperti lansia dan penderita komorbid.

    “Definisi kami mengenai gelombang telah berubah. Meskipun kami masih melihat kenaikan dan penurunan kasus naik sepanjang tahun, kami melihat jumlah kasus rawat inap atau kematian jauh lebih rendah daripada beberapa tahun pertama pandemi,” jelas Prof. Pekosz.

    4. Efektivitas Vaksin Covid-19 terhadap Varian FLiRT
    Dilaporkan, vaksin yang dirancang berdasarkan varian XBB.1. menghasilkan beberapa antibodi reaktif silang terhadap JN.1. Meskipun penelitian terhadap beberapa varian baru ini belum dilakukan, varian ini diprediksi tidak terlalu menimbulkan reaktif silang.

    “Masih tidak jelas apakah dosis ketiga vaksin saat ini akan direkomendasikan. Jika jumlah kasus tetap relatif rendah, mungkin vaksin tambahan tidak diperlukan,” tulis Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

    [Gambas:Video CNBC]

    Artikel Selanjutnya

    Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Warga Diminta Pakai Masker Lagi!

    (miq/miq)


    Source link