More

    Makan dengan Menu Tepung Olahan Ternyata Menimbulkan Obesitas

    Malang (beritajatim.com) – Makanan dengan bahan dasar tepung banyak menjadi favorit, terutama bagi mereka yang punya jadwal sibuk. Banyak makanan bertepung yang mudah ditemui dengan rasanya nikmat.

    Namun, jenis penganan ini berpotensi menimbulkan efek negatif pada kesehatan. Ns. Zaqqi Ubaidillah, M. Kep., Sp. Kep. MB, spesialis keperawatan endokrin yang juga dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengungkap dampak merugikan dari konsumsi tepung olahan untuk kesehatan.

    Menurut Zaqqi, sapannya, tepung olahan berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan serius. Termasuk diantaranya penambahan berat badan, sindrom metabolik, diabetes, penyakit jantung, gangguan kognitif, kecanduan makanan, depresi, kanker dan jerawat.

    “Konsumsi tepung olahan, khususnya tepung terigu putih yang umum digunakan dalam roti dan makanan olahan, dapat berkontribusi pada pertambahan berat badan dan obesitas. Tepung olahan ini cenderung meningkatkan lemak dalam tubuh dan mengganggu proses oksidasi lemak yang berperan dalam membakar lemak untuk energi,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (21/5/2024).

    Selain itu, konsumsi tepung olahan juga memicu peradangan mikrobiota usus, yang mengganggu metabolisme. Dengan begitu juga dapat menyebabkan penambahan berat badan.

    Konsumsi tepung olahan juga bisa menyebabkan resistensi insulin, yang merupakan prediktor penting dari sindrom metabolik dan diabetes tipe 2. Selain itu, makanan tepung banyak mengandung alloxan.

    Alloxan adalah senyawa kimia yang dapat menyebabkan gangguan pada sel beta pankreas yang menghasilkan insulin. Sel beta pankreas penting untuk menjaga kadar glukosa darah tetap stabil. “Alloxan secara khusus dapat merusak sel beta pankreas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes,” tuturnya.

    Ilustrasi makanan bertepung (Foto: Istimewa)

    Resistensi insulin yang disebabkan oleh konsumsi karbohidrat olahan juga berkontribusi pada tekanan darah tinggi atau hipertensi. Zaqqi mendorong untuk mengurangi karbohidrat olahan sebagai langkah pertama dalam mengelola hipertensi.

    Sebuah riset menjelaskan bahwa pola makan rendah karbohidrat olahan menyebabkan penurunan tekanan darah secara signifikan. Tepung olahan pun telah dituduh sebagai penyebab peningkatan penyakit kardiovaskular.

    Ia menggarisbawahi bahwa konsumsi karbohidrat olahan menyebabkan ketidakseimbangan gula darah, peradangan sistemik, dan kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Selama berpuluh-puluh tahun, lemak dalam makanan sering disalah artikan sebagai penyebab penyakit kardiovaskular.

    Kesalahan ini berujung pada dikembangkannya pedoman diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat yang terkenal di Amerika Serikat. “Perlu kita ketahui bahwa terdapat korelasi antara konsumsi karbohidrat olahan dan risiko kanker tertentu, seperti kanker payudara, usus besar, dan endometrium,” ucapnya.

    Penelitian menunjukkan bahwa asupan karbohidrat olahan meningkatkan faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1), yang dapat pemicu pembelahan sel dan mempengaruhi risiko kanker. Dampak karbohidrat olahan terhadap risiko kanker mungkin lebih besar lagi bila dikombinasikan dengan komponen yang tidak sehat lainnya, seperti bahan tambahan makanan.

    Dampak konsumsi tepung olahan juga dapat terlihat pada gangguan kognitif, seperti Alzheimer dan Parkinson. Resistensi insulin yang disebabkan oleh karbohidrat olahan dapat mengganggu fungsi otak, menyebabkan peradangan saraf, dan meningkatkan risiko gangguan kognitif.

    Resistensi insulin menyebabkan disfungsi otak dengan mengganggu transportasi glukosa ke otak, menginduksi peradangan saraf, mengubah plastisitas sinaptik (yang membahayakan kemampuan otak untuk belajar dan menghafal), dan merangsang produksi senyawa berbahaya yang disebut produk akhir glikasi lanjutan di otak.

    Ia memperingatkan bahwa karbohidrat olahan pun dapat memicu kecanduan makanan dan meningkatkan risiko depresi. Pola makan tinggi karbohidrat olahan dapat mengganggu keseimbangan gula darah dan mempengaruhi suasana hati. Tidak hanya itu, konsumsi tepung olahan juga dikaitkan dengan jerawat.

    “Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya karbohidrat olahan bagi kesehatan, serta mempertimbangkan untuk mengganti sumber karbohidrat dengan pilihan yang lebih sehat. Misalnya saja biji-bijian utuh dan alternatif tepung non-terigu,” tutupnya. [dan/but]

    Source link