Jakarta, CNBC Indonesia – Satu helai bulu burung yang sudah punah di Selandia Baru (New Zealand), Huia mencetak rekor dunia baru setelah terjual seharga Rp456 juta dalam lelang.
Melansir dari BBC News, bulu dari burung yang dinilai suci bagi suku Maori itu pada awalnya diperkirakan ‘hanya’ akan terlelang dengan harga maksimal US$3 ribu atau sekitar Rp48,13 juta (asumsi kurs Rp16.045/US$).
Namun, Webb’s Auction House menyatakan bahwa nilai bulu tersebut ternyata melonjak hingga 450 persen dari rekor sebelumnya untuk bulu dari spesies burung yang sama dan terjual seharga 46,521.50 NZD atau sekitar Rp456,97 juta (asumsi kurs Rp9.822/NZD).
“Bulu yang terjual itu masih dalam kondisi yang luar biasa,” kata Kepala Seni Dekoratif Webb’s Auction House, Leah Morris, dikutip Senin (27/5/2024).
“Itu (bulu burung Huia) masih memiliki kilauan yang sangat khas dan tidak ada kerusakan akibat serangga,” sambungnya.
Menurut Morris, Webb’s Auction House sehelai bulu burung Huia itu terjual dengan kondisi sudah dibingkai dengan kaca pelindung ultraviolet (UV) dan kertas arsip. Dengan demikian, barang akan lebih awet dengan waktu yang panjang.
Bulu burung Huia itu dilaporkan terdaftar sebagai taonga tūturu di bawah sistem perlindungan objek buatan Maori. Selain itu, hanya kolektor yang memiliki lisensi dalam sistem tersebut yang diizinkan untuk membeli bulu Huia.
Tidak hanya harus dibeli oleh kolektor dengan lisensi, bulu burung Huia itu juga tidak dapat meninggalkan Selandia Baru tanpa izin dari Kementerian Kebudayaan dan Warisan.
Menurut Morris, salah satu faktor yang mendorong naiknya harga sehelai bulu Huia adalah minat dan antusiasme luar biasa dari masyarakat Selandia Baru.
“Kami mencatat rekor jumlah orang yang ingin menjadi kolektor terdaftar,” ujar Morris.
“Di Selandia Baru, kami sangat peduli untuk menjaga tanah, lingkungan, serta flora dan fauna kami. Saya pikir mungkin karena burung Huia sudah punah, kami tidak ingin burung-burung lainnya mengalami hal serupa (kepunahan),” lanjutnya.
Apa Itu Burung Huia?
Huia adalah burung yang dianggap suci oleh masyarakat suku Maori, yakni penduduk asli Selandia Baru. Biasanya, bulu burung Huia sering digunakan sebagai hiasan kepala oleh kepala suku dan keluarga, serta dijual atau diberi sebagai hadiah.
Dilaporkan, kemunculan terakhir burung Huia terjadi pada 1907 silam. Namun, Museum of New Zealand mengungkapkan bahwa penampakan yang belum terkonfirmasi dilaporkan terjadi 20 hingga 30 tahun setelahnya.
Huia adalah burung “penyanyi” kecil dari keluarga wattlebird di Selandia Baru dan dikenal karena kemampuan melompat serta bulunya yang indah. Bulu Huia memiliki ciri khas berupa ujung berwarna putih.
Pada zaman dahulu, bulu Huia adalah tanda status bagi masyarakat Maori. Sayangnya, Huia sudah menjadi burung langka sebelum kedatangan orang Eropa.
Menurut Museum of New Zealand, spesies ini sering menjadi target utama para kolektor dan pedagang fesyen setelah menjadi populer bagi kalangan pendatang di Selandia Baru.
[Gambas:Video CNBC]
(rns/rns)