More

    Covid-19 di Singapura Mengganas, Ini Gejala yang Dialami Pasien


    Jakarta, CNBC Indonesia Sejumlah klinik di Singapura mulai menambah sumber daya manusia dan persediaan obat-obatan seiring dengan ledakan kasus Covid-19 yang didominasi varian KP.1 dan KP.2 dalam beberapa pekan belakangan ini.

    Melansir dari Channel News Asia, beberapa klinik di Negeri Singa melaporkan peningkatan jumlah pasien yang mengalami gejala pernapasan akut, seperti flu atau pilek, salah satunya jaringan klinik Unihealth.

    Jaringan klinik Unihealth mengaku bahwa sepanjang Mei 2024, pihaknya telah menerima pasien Covid-19 sebanyak dua kali lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan April. Secara rinci, jumlah pasien yang diterima oleh masing-masing cabang, yakni Jurong, Toa Payoh, dan Yishun adalah 20 pasien Covid-19 per hari.

    Meskipun situasinya diklaim masih terkendali, Unihealth mengatakan pihaknya sedang menyiapkan obat-obatan untuk berbagai gejala, termasuk batuk, pilek, dan demam.

    Menurut Unihealth, gejala paling umum yang dikeluhkan oleh para pasien Covid-19 di Singapura adalah sakit tenggorokan dan influenza. Bahkan, Direktur Medis Unihealth, Dr. Xie Huizhang menyebut kebutuhan alat tes untuk Covid-19 dan influenza meningkat.

    Tak hanya menambah jumlah alat tes, Unihealth juga meningkatkan pasokan obat semprot tenggorokan dan antipiretik yang mampu mengurangi gejala demam, nyeri tubuh, dan menggigil.

    Dr. Xie memperkirakan, gelombang Covid-19 di Singapura masih akan berlanjut selama beberapa pekan ke depan, seiring dengan dimulainya liburan sekolah dan banyak keluarga yang berwisata ke luar negeri.

    “Orang-orang bepergian masuk dan keluar [Singapura]. Kemungkinan peningkatan kasus ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) akan terus berlanjut secara umum dan mungkin berlangsung hingga pertengahan Juli,” kata Dr. Xie, dikutip Selasa (28/5/2024).

    Sementara itu, layanan telehealth WhiteCoat juga mengalami lonjakan pasien, yakni sebesar 10 persen pada Mei 2024 jika dibandingkan dengan April. Sejak paruh kedua April, WhiteCoat telah menambah 20 persen dokter untuk melayani periode puncak, yakni pagi hari.

    “Berdasarkan data kami dan angka-angka sebelumnya, kami dapat melihat peningkatan dengan cukup cepat dan memperkirakan bahwa gelombang tersebut akan datang,” kata Direktur Medis Senior WhiteCoat, Dr. Tan Ming Wei.

    “Jadi, kami bisa menjadwalkan dokter lebih awal dan merencanakan lebih banyak tenaga kerja terlebih dahulu untuk mengatasinya,” sambungnya.

    Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengungkapkan bahwa kasus Covid-19 di Singapura pada pekan 5-11 Mei 2024 naik menjadi 25.900 orang. Pada pekan sebelumnya, jumlah laporan kasus yang diterima MOH adalah sebanyak 13.700 orang.

    Menurut MOH, KP.1 dan KP.2 adalah dua varian yang mendominasi dua pertiga kasus Covid-19 di Negeri Singa. Meskipun demikian, kementerian yang dipimpin oleh Ong Ye Kung itu menegaskan bahwa varian ini tidak memiliki indikasi lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah jika dibandingkan dengan varian sebelumnya.

    Seiring dengan pernyataan Menkes Singapura, Dr. Tan juga mengatakan bahwa jenis baru virus ini bersifat ringan sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Menurutnya, strain KP.1 dan KP.2 tidak menyebabkan komplikasi.

    “Sejauh ini varian baru tidak menyebabkan peningkatan komplikasi atau keparahan,” ujar Dr. Tan.

    “Namun mereka yang berisiko, yakni orang lanjut usia, mereka yang memiliki penyakit kronis, dan ibu hamil harus mengambil tindakan pencegahan,” sambungnya.

    [Gambas:Video CNBC]

    Artikel Selanjutnya

    Kasus Covid-19 di Singapura Meroket, Masyarakat RI Harus Khawatir?

    (rns/rns)


    Source link