More

    Arti Tulisan di Prasasti Bukit Soeharto di Badegan Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Sudah 46 tahun keberadaan prasasti yang berada di taman wisata Bukit Soeharto di Desa/Kecamatan Badegan Ponorogo. Pembangunan prasasti itu menandai Presiden ke-2 Republik Indonesia H.M. Soeharto pada 3 Maret 1978 datang ke tempat tersebut untuk melakukan program penghijauan.

    Prasasti berwarna putih dan berukuran sekitar 1 kali 2 meter itu masih kokoh berdiri hingga kini. Dalam prasasti itu, terdapat tanda tangan sang presiden yang karib punya julukan The Smilling General. Selain tanda tangan H.M. Soeharto, di prasasti itu juga ada tulisan yang menyerupai aksara jawa.

    Tulisan itu bunyinya, Tata Wono Waluyo Ngesti Hayu Muka Bumi. Makna kata-kata itu pun dangat dalam. Yakni bermakna; mengelola hutan yang sehat atau baik, untuk berupaya menyelamatkan bumi dan isinya.

    “Jadi di prasasti itu ada tulisan yang sarat makna, yakni Tata Wono Waluyo Ngesti Hayu Muka Bumi. Yang terjemahan bebasnya yakni mengelola hutan yang sehat atau baik, untuk berupaya menyelamatkan bumi dan isisnya. Ya kurang lebih itu maknanya,” ungkap Panca Putra Maju Sihite, Administratur Perhutani di KPH Madiun, ditulis Minggu (9/6/2024).

    Panca menyebutkan bahwa taman wisata Bukit Soeharto yang berada di Kecamatan Badegan Ponorogo itu merupakan lahan milik Perhutani. Bekerjasama atau bermitra dengan kelompok masyarakat, lahan Perhutani yang mempunyai history itu, akhirnya dijadikan sebuah taman dan bisa dijadikan salah satu sebagai objek wisata andalan di Ponorogo.

    “Langkah yang diambil ink sudah sejalan dengan visi Perum Perhutani. Menjadi perusahaan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam pengelolaannya, kita juga sudah lama bekerjasama atau kemitraan dengan kelompok masyarakat yang ada di desa sekitar hutan,” katanya.

    Namun, yang harus digarisbawahi oleh Panca, bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat dari pengelolaan hutan itu, harus tetap memperhatikan keseimbangan antara ekologi dan sosial. Ke depan, untuk taman Bukit Soeharto ini, kata Panca tidak hanya menjadi wisata pemandangan alam saja, tetapi juga dapat menjadi wisata sejarah dan edukasi. Mengenang jasa-jasa Presiden Indonesia yang mempunyai gelar Jenderal Besar tersebut.

    “Semoga generasi muda meneruskan semangat beliau (H.M Soeharto-red), untuk selalu melakukan penghijauan dan menjaga alam,” katanya.

    Untuk diketahui, sebagai bentuk penghargaan dan mengenang jasa Presiden Soeharto, di Bukit Soeharto Ponorogo berdiri gagah patungnya. Patung dengan tinggi sekitar 2,5 meter itu, diresmikan langsung oleh Siti Hediati Hariyadi atau publik lebih dikenal dengan nama Titiek Soeharto. Peresmian patung Jenderal Besar TNI (Purn) H. M. Soeharto itu dilaksanakan bertepatan dengan tanggal lahir sang Presiden, yakni pada tanggal 8 Juni.

    Titiek Soeharto menyebutkan bahwa pendirian patung itu, bukan untuk mengkultuskan ayahandanya. Namun, sebagai bentuk mengenang jasa-jasa Pak Harto di Kabupaten Ponorogo, khususnya di wilayah perbatasan lewat program penghijauannya. Dia berharap, taman bukit Soeharto ini nantinya bisa menjadi objek wisata andalan di Ponorogo. Bisa menumbuhkan pelaku-pelaku UMKM di sekitar taman.

    “Semoga taman Bukit Soeharto ini bisa menghibur siapa saja yang ke sini. Selain itu, juga bisa mengenang jasa-jasa Pak Harto. Intinya bisa bermanfaat,” kata Titiek. [end/suf]

    Source link