Surabaya (beritajatim.com) – Siri (53) warga asal Jemur Gayugan RT1 RW3, perkampungan Taman Pelangi atau Bundaran Dolog menceritakan asal – usul kampungnya, yang berada di tengah persinggungan jalan, diapit Jalan Raya Surabaya – Malang dan Jalan Ahmad Yani, di Kota Surabaya.
Kampung yang dikenal dengan sebutan kampung Taman Pelangi atau Bundaran Dolog ini, ditinggali 25 kartu keluarga (KK) dan terdapat 20 bangunan rumah.
Kampung itu kini terancam tergusur, lantaran ada proyek jalan underpass (jalur bawah tanah). Oleh Pemkot Surabaya, yang diusulkan ke pemerintah pusat.
Siri (53) mengatakan, awal mula kampung Taman Pelangi berada di tengah atau diapit jalan raya itu, karena ada proyek pembangunan jalan pada kisar 1960 an.
“Awal mulanya jalan raya ini cuma satu, yaitu sisi timur frontage ruas Jalan Raya Surabaya – Malang,” ujar Siri kepada beritajatim.com, Minggu (4/8).
Sebelum dibangun jalan baru di sisi barat (Jalan Ahmad Yani). Dulunya kampung Jemur Gayugan II dan Jemur Gayugan I, masih menjadi satu. Dan baru terpisahkan oleh jalan pada sekitar tahun 60 an.
“Jalan raya Dolog (Jalan Ahmad Yani sisi gedung Bulog) situ belum ada. Dan perkampungannya ini masih gandeng. Tapi terpisah pada sekitar tahun 1960-an. Setelah dibangunnya Jalan Ahmad Yani di sisi barat,” jelasnya.
Sehingga kampung Taman Pelangi, lanjut Siri, ini terkesan terpisah dan aneh. Yang padahal waktu awal awal, kita (warga) merasakan imbas negatif akibat tinggal di tengah – tengah jalan raya seperti ini.
“Ya awal awal setelah kampung terpisah dan ada di tengah jalan. Ini yang pertama kita rasakan itu bising, polusi, terus juga khawatir kalau ada anak yang main terus tiba tiba menyebrang, begitu kan bahaya,” tutupnya.
Untuk diketahui, Kampung Jemur Gayugan RT1 RW3 atau Kampung Taman Pelangi Bundaran Dolog itu kini terancam akan tergusur. Akibat adanya rencana proyek underpass yang diusulkan Pemkot Surabaya ke pemerintah pusat. [ram/aje]