Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) mengungkapkan bahwa upaya penyediaan vaksin Tuberkolosis (TBC) baru yang diproduksi di dalam negeri kini tengah memasuki tahap uji klinis.
Dia menyebut, pembaruan vaksin TBC ini tak lain karena vaksin yang ada sudah “usang”. Terlebih, lanjutnya, salah satu program Presiden Terpilih Prabowo Subianto yaitu menurunkan angka TBC.
“Presiden Terpilih juga ingin menurunkan TBC, yang disampaikan Bappenas, selain melakukan screening yang baik, kita juga melakukan perubahan rezim obat yang baru supaya lebih singkat, itu sudah mulai jalan tahun ini dan kita mulai clinical trial vaksin TBC,” tuturnya saat konferensi pers RAPBN 2025 dan Nota Keuangan di Jakarta, Jumat (16/08/2024).
“Seperti yang teman-teman lihat, semua penyakit menular itu paling ampuh kalau ada vaksinnya,” ujarnya.
“TBC ini vaksinnya kuno sekali, sekarang tahun ini insya Allah akan kita mulai,” imbuhnya.
Dia mengatakan, vaksin TBC baru ini diharapkan bisa diluncurkan pada 2028. Dengan demikian, diharapkan bisa menurunkan angka prevalensi TBC.
“Dan dari astacita Bapak Presiden Terpilih ingin fokus ke preventif, dalam hal ini menjaga masyarakat kita sehat, bukan hanya mengobati orang sakit karena ini adalah strategi kesehatan yang lebih murah dan kualitas hidup lebih baik,” tuturnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, saat ini vaksin TBC yang tersedia adalah vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Vaksin BCG memberikan perlindungan parsial untuk mencegah TBC yang berat pada bayi dan anak usia dini, tetapi tidak cukup untuk melindungi anak dan orang dewasa dari TBC.
Pengembangan vaksin TBC yang efektif untuk semua usia, terutama untuk anak dan orang dewasa, diperlukan untuk mencapai 90% penurunan insiden dan 95% penurunan kematian akibat TBC. Vaksin TBC juga berpotensi untuk menahan penyebaran TBC resisten obat, yakni jenis tuberkulosis yang tidak merespons pengobatan standar yang umumnya efektif untuk mengobati infeksi tuberkulosis.
Saat ini, beberapa kandidat vaksin TBC yang sedang dikembangkan memiliki potensi untuk mencegah penyakit TBC pada anak dan orang dewasa, menggantikan atau menguatkan vaksin BCG, mencegah kekambuhan pada pasien yang telah menyelesaikan pengobatan, atau memperpendek durasi pengobatan.
Indonesia sendiri aktif berkontribusi dalam tiga uji klinis kandidat vaksin TBC. Pertama adalah vaksin yang dikembangkan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF). Vaksin yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris, GSK, ini memanfaatkan protein rekombinan. Untuk pengembangan vaksin ini, telah dilakukan penelitian epidemiologi di Indonesia yang mengungkapkan lebih dari 30% populasi sampel dalam penelitian ini mungkin telah terinfeksi TBC.
Kedua, vaksin yang dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal China, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan vektor virus dan sedang uji klinis fase pertama.
Ketiga, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Indonesia, Biofarma. Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi mRNA dan saat ini sedang penjajakan untuk lokasi uji klinis fase 2 di Indonesia.
Perlu diketahui, anggaran untuk sektor kesehatan pada RAPBN 2025 direncanakan Rp 197,8 triliun. Khusus untuk Kementerian Kesehatan, anggarannya sebesar Rp 114 triliun (Rp 90 triliun di Kemenkes, sisanya dialokasikan dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) baik fisik maupun nonfisik).
(wia)
Next Article
Mental Health Jadi Prioritas Kemenkes, Sama Bahayanya seperti Kanker