Zakia Khudadadi, atlet para taekwondo yang tinggal dan berlatih di Prancis, mencatat sejarah sebagai atlet pertama dari Tim Paralimpiade Pengungsi yang berhasil meraih medali di ajang olahraga khusus penyandang disabilitas itu.
Khudadadi berhasil memenangi medali perunggu di nomor K44 -47 kg putri. Prestasi ini menjadi pencapaian luar biasa bagi Khudadadi yang mengungkapkan kebahagiaannya setelah meraih medali bersejarah tersebut.
“Saya sangat, sangat bahagia hari ini,” kata Khudadadi seperti dikutip dari laman resmi Paralimpiade Paris. “Bagi saya, medali ini adalah mimpi. Hari ini, saya hidup dalam mimpi.”
Khudadadi tidak hanya meraih medali tetapi juga membuka jalan bagi atlet-atlet pengungsi lainnya yang berjuang di tengah keterbatasan dan tantangan.
Tim Paralimpiade Pengungsi (Refugee Paralympic Team) adalah kelompok atlet Paralimpiade yang terdiri dari peserta independen yang merupakan pengungsi. Tim ini berkompetisi menggunakan bendera Paralimpiade dan lagu kebangsaan Paralimpiade, serta berjalan di barisan pertama dalam defile upacara pembukaan. Mereka mewakili lebih dari 120 juta orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia karena perang dan konflik.
Pada laga final, Leonor Angelica Espinoza Carranza dari Peru berhasil mempertahankan gelar juara Paralimpiade di kategori yang sama dengan mengalahkan atlet Uzbekistan Ziyodakhon Isakova dengan skor 10-4.
Espinoza Carranza yang sebelumnya meraih emas di Paralimpiade Tokyo merasa sangat bahagia dan lega setelah berhasil mempertahankan gelarnya.
“Pertama-tama, saya merasa bahagia,” ungkap Espinoza Carranza. “Saya merasa seperti, ‘ya, saya melakukannya lagi’. Kemudian, saya merasa sangat tenang karena saya tahu dan menyadari bahwa saya telah melakukannya. Saya sangat bahagia.”
Baca juga: Tim boccia beri kejutan dengan kalahkan atlet unggulan dari Malaysia
Selain itu, di cabang olahraga tenis meja, Bly Twomey, seorang bocah berusia 14 tahun dari Inggris, berhasil meraih medali perunggu bersama rekannya, Felicity Pickard, di nomor ganda putri WD14.
Meskipun mereka harus menyerah pada pasangan asal China Huang Wenjuan dan Jin Yucheng di babak semifinal, prestasi ini menjadi momen yang luar biasa bagi Twomey yang baru pertama kali berlaga di Paralimpiade.
“Rasanya luar biasa, ini Paralimpiade pertama saya, dan saya bisa meraih medali,” ujar Twomey.
“Saya tidak menyangka kami bisa melakukannya. Ini sangat berarti. Ketika pertama kali mulai bermain tenis meja, saya tidak pernah berpikir saya akan berada di Paralimpiade Paris. Saya sangat bangga bisa berada di sini, dan dengan Felic (Pickard), ini benar-benar luar biasa.”
Paris 2024 juga menjadi ajang debut Paralimpiade bagi Felicity Pickard. Pickard mengungkapkan betapa beratnya perjuangan mental yang harus ia hadapi untuk mencapai tahap ini.
“Ini luar biasa. Kami telah menjalani perjalanan yang panjang,” kata Pickard. “Saya telah berjuang melawan diri saya sendiri. Saya tahu saya memiliki mental yang paling kuat di luar sana. Lawan terbesar saya adalah diri saya sendiri. Bly dan tim staf telah menjadi luar biasa untuk membawa saya ke sini.”
Baca juga: Kontingen Indonesia jadi pusat perhatian di pembukaan Parlimpiade
Baca juga: Paralimpiade Paris dan kesetaraan yang kian dimuliakan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2024