Isnawa menyampaikan, dari total 490 kejadian, penyebab kebakaran terbanyak dipicu oleh korsleting listrik. Setidaknya, 332 kejadian kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik.
“Penyebab kebakaran, korsleting listrik 332 kejadian, pembakaran sampah 10 kejadian, lilin 1 kejadian, lain-lain 12 kejadian,” ungkap Isnawa.
Kebakaran menghanguskan 720 rumah tinggal, 150 bangunan semi permanen, 25 gedung, 32 gudang, 212 kios/ruko, 34 kendaraan, dan 46 lain-lain. Kerugian yang disebabkan oleh kebakaran lebih dari Rp 148 miliar.
“Jumlah estimasi kerugian (akibat kebakaran) Rp148.514.350.000,” ujar Isnawa.
Ratusan kejadian kebakaran di Jakarta sepanjang Januari hingga Agustus 2024 ini juga menimbulkan korban jiwa. Ada 18 orang meninggal dunia.
Kemudian, sebanyak 21 orang lainnya mengalami luka berat, dan 133 orang mengalami luka ringan. Selain itu, BPBD DKI Jakarta mencatat, ribuan orang mengungsi akibat kejadian kebakaran.
“Jumlah pengungsi (akibat kebakaran (3.021 jiwa),” kata Isnawa.