DP3AP2KB tidak hanya melakukan penanganan psikologis korban bullying di SMPN 8 Depok, DP3AP2KB berusaha melakukan pendampingan kepada siswa yang terlibat pada peristiwa bullying. Edukasi akan diberikan kepada siswa dan guru tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif kepada seluruh siswa.
“Kami akan memastikan pendampingan khusus, tidak hanya kepada korban, tetapi kepada siswa yang terlibat agar kejadian serupa tidak terulang,” tambah Nessi.
Nessi menegaskan, peristiwa bullying di SMPN 8 Depok telah menjadi perhatian khusus. DP3AP2KB Kota Depok berusaha untuk tidak ada lagi korban bullying siswa inklusi lainnya.
“Kasus bullying ini telah mendapat perhatian serius dari pihak berwenang, dan tindakan cepat yang diambil oleh DP3AP2KB diharapkan dapat mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang,” tegas Nessi.
Sebelumnya, Ayah korban, Fahmi mengatakan, anaknya merupakan siswa inklusi yang merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK). Anaknya kerap mendapatkan bullying dari sesama siswa SMPN 8 Depok, sehingga mengganggu psikologisnya.
“Pada 1 Oktober, saat upacara, jadi ada pembullyan pada anak saya,” ujar Fahmi, saat ditemui awak media di Polres Metro Depok, Rabu (3/10/2024).
Fahmi menjelaskan, saat itu anaknya menjadi korban bully dengan cara dipukul, ditendang dari arah belakang, dan pelemparan batu mengenai mata korban. Mendapatkan bullying, korban merasa kesal dan ingin berusaha membalas aksi bullying tersebut.
“Anak saya ini mencoba ingin membalas tetapi dia tidak bisa karena anak ini memang tipikal autis ringan ya. Jadi dia melampiaskan amarahnya dengan memukul kaca,” jelas Fahmi.