Jakarta, CNBC Indonesia – Para peneliti berhasil ‘menghidupkan kembali’ pohon dari benih misterius yang berusia 1.000 tahun dari Gurun Yudea. Pohon ini menjadi bagian dari varietas yang hilang dan berkhasiat bagi kesehatan.
Para peneliti juga melakukan analisis DNA purba untuk sumber potensial obat-obatan berbasis molekuler baru. Mereka mempelajari evolusi dan keanekaragaman genetiknya, yang suatu hari nanti dapat membantu manusia mendapatkan manfaat dari spesies yang telah lama hilang itu.
Melansir CNNÂ Internasional (11/10), pada tahun 1980-an, para arkeolog telah menemukan benih murni berusia 1.000 tahun di sebuah gua di Gurun Yudea. Puluhan tahun kemudian, Dr. Sarah Sallon, pendiri Pusat Penelitian Pengobatan Alami Louis L. Borick di Yerusalem, membentuk tim ahli berbeda yang menanam benih tersebut untuk melihat apa yang akan terjadi.
Foto: Ilmuwan menumbuhkan pohon misterius dari benih berusia 1.000 tahun. (Dok. Guy Eisner via CNN Internasional)
|
Yang mengejutkan para peneliti, lima minggu kemudian muncul tunas kecil. Dari fragmen tanaman, peneliti menemukan fakta bahwa benih itu berusia 1.000 tahun.
Hebatnya, pohon itu tumbuh subur dan sekarang tingginya mencapai 3 meter, meskipun tidak pernah berbunga atau menghasilkan buah.
Sallon mengatakan ada kemungkinan pohon itu merupakan sumber “tsori” yang disebutkan dalam Alkitab, yakni ekstrak tanaman obat yang dikaitkan dengan wilayah bersejarah Gilead di utara Laut Mati di Lembah Rift Yordania, wilayah pegunungan dan hutan yang dibudidayakan secara intensif dan kini menjadi bagian dari Yordania.
Temuan itu dipublikasikan tim Pusat Penelitian Pengobatan Alami Louis L. Borick dari Pusat Medis Hadassah University, Yerusalem dalam jurnal Communications Biology pada 10 September 2024.
Pohon Alkitab
Berdasarkan penelitian sejarah, Sallon punya firasat bahwa pohon itu mungkin merupakan tanaman yang disebut dalam teks-teks kuno dari wilayah tersebut, termasuk Alkitab, atau digambarkan sebagai Balsam Yudea.
Getah harum yang dipanen dari pohon tersebut sangat dicari dan diekspor ke seluruh dunia pada saat itu.
“Kami menanamnya pada tahun 2010 (dan) sekarang sudah tahun 2024. Mengapa kami menunggu begitu lama (untuk menerbitkan penelitian)? Karena saya ingin memastikan bahwa itu bukan Balsam Yudea. Dan bagaimana saya bisa tahu pasti? Dengan menciumnya,” kata Sallon.
Namun, pohon yang masih berkerabat dengan pohon mur yang terkenal dengan getahnya, tidak pernah mengeluarkan aroma apa pun. Setelah tanaman itu berumur sekitar 3 tahun, tim melakukan analisis fitokimia pada getah, daun, dan cabangnya untuk menguji senyawa aromatik, seperti yang ditemukan dalam mur.
“Berdasarkan semua hal ini, itu bukanlah balsam Yudea, melainkan sepupu dekatnya, dan salah satu Commiphora nonaromatik yang merupakan gudang harta karun senyawa obat,” ungkapnya.
Karena adanya senyawa penyembuh tersebut, Sallon dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa pohon itu mungkin merupakan sumber balsem obat yang dikenal sebagai tsori.
Menurut Dr. Louise Colville, pemimpin penelitian senior dalam bidang biologi benih dan stres di Royal Botanic Gardens, Kew, di London mengatakan bahwa benih dengan masa hidup yang luar biasa seperti itu sangat langka.
“Yang mengejutkan dalam cerita ini adalah itu hanya satu benih dan bisa memiliki satu kesempatan untuk berkecambah adalah keberuntungan yang luar biasa,” papar Colville.
(hsy/hsy)