More

    Ketika Masjid dan Gereja Bersebelahan

    Jombang (beritajatim.com)– Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menyimpan banyak kisah tentang harmoni dalam keragaman. Salah satu kisah tersebut bisa ditemui di Dusun Mutersari, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, yang dikenal sebagai “Kampung Toleran”.

    Mengapa bisa demikian?

    Hal ini karena di desa tersebut berdiri sebuah masjid dan gereja secara berdampingan. Bangunan ini mencerminkan rasa saling menghormati antarwarga yang berbeda keyakinan.

    Dua tempat ibadah yang dibangun berdampingan yakni Masjid Al Hidayah dan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mutersari. Uniknya lagi bangunan tersebut hanya terpisah oleh pagar, simbol dari kedekatan antarumat beragama.

    Melansir portal resmi Nahdlatul Ulama, Rabu (13/11/2024), Pendeta Anggraini Mahardini, pemimpin GKJW Mutersari sejak 2021, mengungkapkan bahwa harmoni di dusun ini lahir dari perpaduan antara keyakinan agama dan budaya Jawa yang kuat.

    “Orang Jawa sangat menjunjung harmoni, kehidupan yang selaras dan saling menerima. Masyarakat Dusun Mutersari menghidupi filosofi “nrimo ing pandum,” yaitu menerima segala pemberian Tuhan dengan tulus, termasuk perbedaan agama,” jelasnya.

    Meski GKJW telah berdiri sejak 1914, jauh sebelum Masjid Al Hidayah yang dibangun pada 1967, warga Kristen di dusun ini selalu menyambut baik kehadiran umat Muslim.

    “Beragama ya beragama, tapi kalau bertetangga ya kita menyatu dalam kebersamaan. Dalam acara desa, kami selalu diundang dan terlibat,” kata Pendeta Anggraini lagi.

    Relasi ini tampak dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, di mana pemuda gereja membantu pengaturan parkir saat Hari Raya Idul Fitri, sementara warga Muslim ikut memeriahkan acara Natal dan Hari Raya Unduh-Unduh di gereja.

    Tradisi saling mengundang dan terlibat ini mengakar kuat dalam budaya Jawa yang dikenal menjunjung tinggi nilai “unggah-ungguh” atau tata krama. Pada setiap momen perayaan, seperti Ramadhan dan Natal, kerukunan antara umat beragama ini tampak nyata. Saat gereja mengadakan acara khusus seperti pagelaran wayang, masyarakat Muslim ikut membantu persiapan.

    Rini Fareza Sari, warga Desa Ngrimbi dan guru agama di SMPN 2 Mojowarno, menambahkan bahwa toleransi sudah menjadi identitas Dusun Mutersari.

    “Di gapura masuk dusun, ada tulisan ‘Kampung Toleran’ dengan simbol kubah masjid dan salib gereja,” tuturnya.

    Selain itu, di dekat Desa Ngrimbi juga berdiri Candi Rimbi, peninggalan agama Hindu yang masih dihormati oleh warga setempat. Keterikatan masyarakat Jawa terhadap budaya dan sejarah ini mencerminkan bahwa hidup berdampingan dalam keragaman adalah hal yang biasa. Namun, kedamaian tersebut tentu perlu dijaga oleh semua pihak agar semangat toleransi di Kampung Toleran terus terpelihara. [aje]

    Source link