More

    Pengepungan di Bukit Duri: Membaca Pendidikan Kita

    - Advertisement -
    - Advertisement -

    Ada saat-saat di mana kepercayaan kita terhadap pendidikan, keluarga, dan negara diuji. Film “Pengepungan di Bukit Duri” karya Joko Anwar menggambarkan dunia distopia yang menggulingkan keyakinan tersebut. Mengambil setting di Indonesia pada tahun 2027, film ini memperlihatkan sebuah sekolah yang menjadi saksi dari keruntuhan sistem pendidikan dan keluarga yang tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

    SMA Duri, sekolah dalam film ini, menjadi simbol dari generasi yang terluka dan terabaikan. Anak-anak bukan lagi subjek yang dilindungi, melainkan korban dari realitas yang kejam. PBD menghadirkan pandangan postmodern tentang pendidikan, keluarga, dan negara yang telah tergenapi dalam budaya kita.

    Anak-anak dalam film ini bukanlah korban pasif, mereka mengambil kendali cerita dan menjadi pelaku dalam dunia abu-abu moral. Tidak ada karakter yang sepenuhnya baik atau buruk, semua hidup dalam ambiguitas yang merefleksikan pandangan postmodern tentang relativisme kebenaran. Guru-guru, orang tua, dan negara juga digambarkan secara tragis, memperlihatkan kekosongan dalam sistem yang selama ini dianggap suci.

    Berkolaborasi dengan aspek intertekstualitas, PBD tidak hanya menceritakan pemberontakan anak-anak, tetapi juga merefleksikan realitas sosial-politik dari berbagai era dalam kolase visual yang penuh rujukan. Dengan menampilkan identitas yang tidak tetap, fragmen karakter ini memperkuat konsep identitas postmodern yang performatif dan cair.

    Melalui kisah yang hiperbolisasi dari realitas yang sudah ada, PBD menghadirkan efek yang meresahkan namun esensial. Film ini adalah peringatan tentang dunia penuh janji kosong yang kita wariskan kepada generasi mendatang. Sebuah protes terhadap penutupan kemungkinan dan pengingat bahwa suara-suara kecil harus didengar, bahkan jika harus menghancurkan apa pun.

    “Pengepungan di Bukit Duri” bukan hanya sekadar relevan, melainkan juga perlu. Film ini mempertanyakan makna pendidikan, keluarga, dan negara yang kita ciptakan, sehingga mengingatkan kita untuk memikirkan kembali dunia yang akan ditinggalkan kepada generasi selanjutnya.

    Source link

    - Advertisement -