Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf melakukan peninjauan terhadap aset dan fasilitas kompleks sekolah Tamansiswa di Kota Yogyakarta, yang merupakan salah satu lokasi yang dipilih untuk menjadi Sekolah Rakyat yang diusulkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Mensos Saifullah bersama Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa kompleks tersebut akan dinilai kelayakannya oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) setelah peninjauan. Jika dianggap layak, proses selanjutnya akan melibatkan perencanaan anggaran untuk pembangunan Sekolah Rakyat yang menggabungkan pendidikan formal dan penguatan karakter, dengan sistem berasrama 24 jam untuk siswa keluarga miskin ekstrem atau desil 1 dan 2 dari SD hingga SMA. Sekolah Rakyat tidak akan mengadakan tes akademik, namun hanya tes kesehatan dan pemetaan kemampuan siswa.
Gus Ipul juga mengungkapkan bahwa saat ini ada 53 lokasi yang sedang direnovasi dan 80 lokasi lainnya dalam tahap survei untuk menjadi Sekolah Rakyat. Jika 100 lokasi sudah siap, Sekolah Rakyat akan mampu menampung lebih dari 10.000 siswa pada tahun ajaran 2025/2026. Terkait tenaga pendidik, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah sedang merekrut guru dan kepala sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan Sekolah Rakyat. Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menambahkan bahwa Tamansiswa memiliki nilai historis dan fasilitas yang sesuai untuk menjadi lokasi awal Sekolah Rakyat. Dia berharap agar Sekolah Rakyat segera direalisasikan untuk memberikan akses pendidikan gratis kepada warga miskin ekstrem di Kota Yogyakarta. Jika semua persiapan selesai, peluncuran Sekolah Rakyat oleh Presiden Prabowo dapat dilakukan di lokasi Tamansiswa.
Dengan demikian, rencana Sekolah Rakyat di Yogyakarta menunjukkan komitmen untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi semua, terutama bagi keluarga miskin ekstrem. Semoga dengan kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan semua pemangku kepentingan, Sekolah Rakyat ini dapat memberikan dampak positif dan memberikan kesempatan belajar yang lebih baik bagi generasi mendatang.