Industri pariwisata adalah salah satu sektor yang paling rentan terhadap penipuan, demikian menurut laporan terbaru dari Mastercard Economics Institute. Data menunjukkan bahwa kasus penipuan dalam sektor pariwisata meningkat tajam, terutama saat musim liburan atau musim dingin. Penipuan terutama terjadi dalam pemesanan melalui agen perjalanan dan tur, dengan tingkat penipuan melebihi rata-rata sektor industri lainnya.
Menurut laporan tersebut, risiko penipuan bervariasi tergantung pada kota tujuan wisata. Beberapa kota memiliki pola penipuan yang dominan, seperti penipuan terjadi melalui biro perjalanan atau layanan makanan. Kota-kota seperti San Francisco, Dublin, Seoul, Budapest, dan Edinburgh mencatat tingkat penipuan terendah, sementara kota seperti Cancun, Hanoi, Dhaka, Bangkok, dan Jakarta mencatat tingkat penipuan lebih tinggi.
Di Jakarta, jenis penipuan yang paling umum melibatkan layanan taksi dan rental mobil, yang mencakup sebagian besar kasus penipuan yang dilaporkan. Selain itu, penipuan dalam layanan makanan juga menjadi masalah di beberapa kota, termasuk di Amerika Serikat dan Timur Tengah. Modus penipuan termasuk restoran yang mengenakan biaya berlebihan, menambahkan tip tanpa izin, atau mencuri data kartu kredit wisatawan.
Selain itu, penipuan juga sering terjadi dalam tahap perencanaan dan pemesanan perjalanan. Wisatawan disarankan untuk berhati-hati terhadap berbagai modus penipuan, seperti foto hotel palsu, tautan konfirmasi palsu, atau promo “diskon besar” yang terlalu bagus untuk dipercaya. Untuk menghindari penipuan, disarankan bagi wisatawan untuk menggunakan dompet digital, asuransi perjalanan, atau memesan dengan kartu kredit yang memiliki fitur perlindungan dari penipuan.