Makna Malam 1 Suro: Di Balik Kepercayaan yang Dianggap Keramat

Malam 1 Suro sangat penting bagi masyarakat Jawa dan dianggap sebagai malam yang sakral dan penuh mistis. Namun, banyak yang belum sepenuhnya memahami makna filosofis dan historis di balik tradisi ini. Malam 1 Suro sebenarnya merupakan penanda awal bulan Suro dalam kalender Jawa, yang sama dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah. Kalender Jawa sendiri merupakan gabungan kalender Islam, Hindu, dan Masehi yang diperkenalkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1940 Jawa.

Pergantian hari dalam tradisi Jawa terjadi saat matahari terbenam, bukan pada tengah malam seperti dalam kalender Masehi. Oleh karena itu, Malam 1 Suro dimulai sejak waktu maghrib menjelang 1 Suro. Bagi sebagian masyarakat Jawa yang masih menjaga nilai-nilai adat dan kejawen, malam ini merupakan kesempatan untuk melakukan laku tapa, tirakat, atau ritual keheningan guna memperkuat batin dan melakukan introspeksi.

Tradisi unik seperti kirab pusaka, nyepi Jawa, atau ritual tolak bala sering digelar untuk menjaga keseimbangan antara alam nyata dan gaib. Meskipun banyak mitos yang berkembang terkait Malam 1 Suro, tidak semua masyarakat mempercayainya secara mutlak. Sebagian justru melihatnya sebagai waktu untuk merenung, memulai perubahan hidup, dan memperkuat koneksi spiritual.

Peringatan Malam 1 Suro di Yogyakarta dan Surakarta selalu diadakan dengan khidmat dan sakral. Hal ini mencerminkan akulturasi budaya dan kepercayaan spiritual masyarakat Jawa yang mengajarkan nilai-nilai ketenangan, kesederhanaan, dan kedekatan dengan Yang Maha Kuasa. Dalam menjaga kearifan lokal di tengah arus modernisasi, memahami esensi Malam 1 Suro dapat menjadi jembatan untuk memperkuat nilai-nilai tradisional yang berharga.

Source link