Fenomena Labubu sedang menjadi sorotan di seluruh dunia, yang mendorong pertumbuhan bisnis Pop Mart International Group dengan pesat. Dalam laporan terbaru, perusahaan saat ini dinilai senilai US$ 46,1 miliar (sekitar Rp 75 triliun) dan pendirinya, Wang Ning, telah masuk dalam daftar 10 orang terkaya di China. Labubu, yang menjadi tren yang dipicu oleh Gen Z dan milenial, sangat diminati dan banyak yang rela mengantri sejak dini hari untuk mendapatkan mainan koleksi ini.
Konsep kotak misteri dalam penjualan Labubu juga menjadi daya tarik yang membuat para kolektor senang saat membuka kotak untuk melihat jenis Labubu yang mereka dapatkan. Boneka monster berbulu ini telah menjadi viral di internet dan beberapa barang koleksi langka terjual dengan harga Rp 2,5 miliar. Pop Mart kini telah menguasai pasar dengan kesuksesan blind box boneka Labubu, figurin Crybaby, boneka Molly, dan koleksi desainer lainnya.
Dengan total pendapatan US$ 1,8 miliar (Rp 29 triliun) tahun lalu, Pop Mart merupakan salah satu bisnis yang mengguncang pasar. Perusahaan asal China ini memiliki lebih dari 530 toko di seluruh dunia, sebuah taman hiburan di Beijing, dan 46 juta anggota hanya di China. Awal mula fenomena Labubu bermula saat Wang meluncurkan perusahaan ini sebagai sebuah toko mainan kecil di Beijing pada tahun 2010, dan saat ini perusahaan ini telah mencapai nilai senilai US$ 46,1 miliar.
Wang Ning sendiri kini termasuk dalam daftar 10 orang terkaya di China dengan kekayaan bersih sebesar US$ 22,7 miliar (Rp 369 triliun) berdasarkan saham Pop Mart-nya. Fenomena Labubu dan kesuksesan Pop Mart menjadi cerminan dari perjalanan Wang yang luar biasa dari toko mainan kecil menjadi fenomena global yang mendatangkan keberhasilan secara finansial.