Keunggulan Nama Kota Depok: Singkatan Bahasa Belanda

Depok, nama yang telah akrab di telinga kita, memiliki kisah sejarah yang masih jarang dibahas. Dibaliknya, terdapat rangkaian peristiwa yang mengaitkan nagari tersebut dengan Cornelis Chastelein, mantan pegawai VOC pada abad ke-17. Catatan sejarah mengungkap bahwa wilayah yang dulu disebut Depok merupakan pusat Residensi Ommelanden van Batavia atau Keresidenan Daerah sekitar Jakarta, yang berdasarkan Keputusan Gubernur Batavia tanggal 11 April 1949.

Nama Depok sendiri merupakan singkatan dari bahasa Belanda, De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen, yang berarti “Organisasi Kristen Protestan Pertama”. Cornelis Chastelein, seorang pegawai VOC selama 20 tahun, memainkan peran penting dalam sejarah Depok dan hubungannya dengan Kristen Protestan. Dari pengawas gudang hingga menjadi saudagar utama dan anggota Dewan Kota Batavia, Chastelein memiliki sebuah perjalanan karier yang mengesankan.

Dengan gaji bulanan yang cukup besar pada masanya, Chastelein mengalihkan uangnya untuk membeli tanah di sekitar Batavia, termasuk di Weltevreden dan Srengseng (kini Lenteng Agung). Di Srengseng, Chastelein membangun rumah besar dan membawa keluarganya serta budak-budaknya. Menghormati hak asasi manusia, Chastelein membebaskan 150 orang budaknya, beberapa di antaranya berasal dari luar Jawa dan beragama Kristen.

Kesuksesannya dalam berkebun dan mengelola rumah-rumah besar membuat Chastelein menjadi salah satu orang terkaya di Batavia. Sebelum wafat, ia menulis wasiat untuk membagikan kekayaannya kepada keluarga dan bekas budaknya agar mereka mandiri. Ia juga menetapkan bahwa tanah tersebut akan menjadi pusat penyebaran agama Kristen di Batavia.

Dari komunitas Kristen Protestan yang lahir dari wasiat Chastelein, muncullah nama Depok. Hingga kini, komunitas keturunan Belanda Depok masih terkenal di era modern. Meskipun telah berkembang dengan berbagai interpretasi, Depok tetap mengingatkan pada akar sejarahnya yang kaya akan nilai-nilai Kristen Protestan.

Source link