Militer Nepal menegaskan komitmennya terhadap nilai dan norma demokrasi, sementara perundingan untuk membentuk pemerintahan sementara masih berlangsung. Hal ini diungkapkan oleh juru bicara militer Brigjen Raja Ram kepada Anadolu. Protes massa yang dipimpin oleh generasi muda atau “Gen Z” berhasil menggulingkan pemerintahan terpilih Perdana Menteri KP Sharma Oli setelah pemerintah Oli melarang penggunaan platform media sosial. Pemerintah menuntut perusahaan multinasional penyedia layanan tersebut membuka kantor di Nepal.
Generasi muda terus menggelar protes, hingga Oli mengundurkan diri dalam waktu 24 jam sejak protes melanda ibu kota Kathmandu. Panglima Angkatan Darat Jenderal Ashok Raj Sigdel menyerukan ketenangan dan dialog sebagai solusi krisis, yang didukung oleh tentara Nepal, lembaga keamanan, dan birokrasi sipil. Pasukan keamanan dikerahkan ke seluruh negeri untuk menjaga ketertiban dan keamanan, bersamaan dengan penerapan larangan berkumpul dan jam malam.
Situasi dalam protes Nepal telah menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, khususnya di kalangan muda. Militer Nepal memastikan bahwa tujuan utama mereka adalah menjaga stabilitas dan infrastruktur pemerintah, serta mendukung upaya menjaga ketertiban. Meskipun tuntutan pembentukan pemerintahan sementara masih terus berlangsung, interaksi dengan berbagai lapisan masyarakat di Nepal masih dalam proses.
Sebelumnya, pemerintahan Oli mencabut larangan penggunaan media sosial dan ribuan warga menggelar diskusi daring untuk membahas calon pemimpin sementara. Mantan Ketua Mahkamah Agung Sushila Karki disebut-sebut sebagai salah satu kandidat yang akan memimpin pembentukan pemerintahan sementara. Situasi Nepal yang krisis semakin berkembang, namun diharapkan bahwa dialog dan keputusan yang diambil dapat membawa Nepal ke arah yang lebih stabil.
Sumber: Anadolu