Berkembangnya teknologi Artificial Intelligence (AI) telah membawa dampak signifikan dalam dunia jurnalistik saat ini. AI dapat berperan sebagai alat bantu bagi jurnalis untuk mempermudah pekerjaan mereka, namun tetap menjunjung tinggi profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Rektor Pradita University, Richardus Eko Indrajit, menekankan bahwa meskipun AI dapat memberikan bantuan, namun tidak akan menggantikan peran seorang wartawan. AI seharusnya berperan sebagai co-pilot yang membantu dalam penelusuran informasi, pengecekan fakta, dan personalisasi konten.
Dalam era industri 5.0 yang semakin berkembang, media digital telah mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini memunculkan kebutuhan akan informasi yang lebih real-time dan relevan. Media massa saat ini tidak hanya bersaing dengan sesamanya, tetapi juga dengan pengguna media sosial yang aktif. Citizen journalism pun mulai bermunculan, mengubah dinamika informasi yang tersedia. Dalam konteks ini, AI dapat menjadi asisten berharga bagi jurnalis dalam menemukan narasumber, memeriksa kebenaran berita, dan menggali informasi yang mendukung penulisan berita yang mendalam.
Penerapan AI dalam dunia jurnalistik bukanlah hal yang tabu lagi. Beberapa aplikasi AI telah digunakan dalam proses penelusuran berita, penulisan berita, pengecekan fakta, dan personalisasi konten. Contohnya, New York Times telah menggunakan AI untuk membantu dalam penyusunan dan analisis berita, namun keputusan akhir tetap ada pada jurnalis. Eko menekankan pentingnya etika dalam penggunaan AI, dimana transparansi dan pertanggungjawaban harus dikedepankan.
Melalui pendekatan yang bijaksana dalam pemanfaatan AI, manusia dapat memanfaatkan potensi teknologi ini untuk meningkatkan kualitas karya jurnalistik tanpa menggantikan peran kreatif jurnalis. Dengan demikian, AI seharusnya dipandang sebagai alat bantu yang dapat meningkatkan efisiensi dalam kerja jurnalis, namun tetap menjaga kualitas dan akurasi informasi yang disampaikan.