Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan melaporkan bahwa pada pertengahan bulan April, hanya terdapat 65 kasus DBD. Hal ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada Maret 2024.
Kepala Sudinkes Jakarta Selatan, Yudi Dimyati, menyatakan pada pertengahan Maret 2024, tercatat 221 kasus DBD di Jakarta Selatan. Namun, angka ini menurun drastis menjadi 65 kasus pada pertengahan bulan April.
Yudi menjelaskan bahwa penurunan kasus DBD ini dapat terjadi berkat upaya keras dari berbagai pihak dalam menerapkan PSN di berbagai tingkat. Data juga menunjukkan bahwa pada Maret 2024, kasus DBD di Jakarta Selatan mencapai puncaknya dengan 507 kasus, lebih tinggi dibandingkan bulan Januari, Februari, dan April.
“Sekarang kasus DBD di Jaksel tercatat nomor empat tertinggi dibandingkan daerah lainnya,” tuturnya, yang dikutip dari Antara, Rabu (17/4/2024).
Yudi menambahkan pada bulan Maret, terdapat kasus kematian akibat DBD di Kecamatan Kebayoran Lama. Pasien tersebut datang ke puskesmas dalam keadaan koma dan meninggal dunia hanya tiga jam setelahnya.
Pasien sebelumnya telah mendatangi puskesmas, namun saat diminta untuk tes laboratorium, pasien memutuskan untuk pulang. Tiga hari kemudian, pasien datang kembali dalam kondisi koma. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa jumlah trombosit pasien DBD telah turun drastis menjadi hanya 40 ribu, jauh di bawah angka normal 150 ribu.