More

    Pakai Vaksin AstraZeneca untuk Covid-19? WHO Menyatakan Potensi Risiko bagi Kesehatan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gugatan class action yang diajukan di Inggris mengklaim bahwa vaksin Covishield dapat menyebabkan kematian dan cedera parah, serta meminta ganti rugi hingga 100 juta poundsterling atau sekitar Rp2,01 triliun (asumsi kurs Rp20.177/poundsterling) untuk sekitar 50 korban.

    AstraZeneca, perusahaan yang memproduksi vaksin Covid-19 dengan merek Covishield, mengakui bahwa produknya dapat menyebabkan efek samping langka, termasuk pembekuan darah dan jumlah trombosit yang rendah.

    Covishield adalah merek vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan Inggris-Swedia bekerja sama dengan Oxford University, Inggris, dan diproduksi oleh Serum Institute of India.

    Beberapa penelitian selama pandemi menunjukkan bahwa Covishield memiliki efektivitas sebesar 60 hingga 80% dalam melindungi penerima vaksinnya terhadap jenis virus corona baru. Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa vaksin ini dapat menyebabkan risiko pembekuan darah yang fatal.

    Salah satu penggugat menuduh vaksin tersebut sebagai penyebab cedera otak permanen yang diderita setelah pembekuan darah, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan untuk bekerja lagi.

    AstraZeneca telah membantah klaim tersebut, namun mengakui bahwa vaksin tersebut dalam kasus sangat jarang dapat menyebabkan Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia yang ditandai dengan pembekuan darah dan jumlah trombosit yang rendah pada manusia.

    Pernyataan terbaru AstraZeneca diduga bertentangan dengan desakan perusahaan pada tahun 2023 yang menyatakan bahwa mereka “tidak akan menerima bahwa Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia disebabkan oleh vaksin pada tingkat generik”.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi bahwa Covishield dapat menimbulkan efek samping yang mengancam jiwa, seperti Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia.

    Menurut Dewan Organisasi Ilmu Kedokteran Internasional, efek samping yang “sangat jarang” dilaporkan terjadi pada kurang dari 1 dalam 10 ribu kasus.

    Source link