Sebuah penelitian berhasil menemukan gen unik yang dimiliki penduduk Papua Nugini. Menurut hasil penelitian tersebut, penduduk Papua Nugini di dataran rendah telah mewarisi DNA langka dari Denisovan, spesies manusia purba yang telah punah. Gen Denisovan membuat penduduk Papua Nugini disebut-sebut memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik sehingga mampu melawan infeksi penyakit.
Penelitian ini juga menemukan bahwa penduduk dataran tinggi dan dataran rendah mengembangkan mutasi berbeda untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan yang sangat berbeda. “Orang-orang New Guinea unik karena mereka telah terisolasi sejak mereka menetap di negaranya lebih dari 50.000 tahun yang lalu,” kata rekan penulis studi senior François-Xavier Ricaut, seorang antropolog biologi di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis. Papua Nugini memiliki wilayah yang didominasi pegunungan terjal yang sangat menantang. Selain itu, penyakit menular juga menjadi penyebab lebih dari 40% kematian di negara itu.
Oleh karena itu, penduduk setempat harus menemukan strategi biologis dan budaya untuk beradaptasi, yang berarti bahwa populasi Papua Nugini adalah campuran luar biasa untuk mempelajari adaptasi genetik. Manusia modern pertama kali tiba di Papua Nugini dari Afrika sekitar 50.000 tahun lalu. Di sana, mereka kawin dengan Denisovan yang telah tinggal di Asia selama puluhan ribu tahun. Sebagai hasil dari perkawinan silang kuno ini, orang Papua Nugini membawa hingga 5% DNA Denisovan dalam genom mereka.
Dalam studi baru yang diterbitkan pada 30 April 2024 di jurnal Nature Communications, para ilmuwan menganalisis genom 54 penduduk dataran tinggi dari Gunung Wilhelm yang hidup di ketinggian 2.300 hingga 2.700 meter di atas permukaan laut, dan 74 penduduk dataran rendah dari Pulau Daru, yang tinggal di ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut. Mereka menemukan bahwa mutasi yang mungkin diwarisi penduduk dataran rendah dari Denisovan meningkatkan jumlah sel kekebalan dalam darah mereka. Sementara itu, penduduk dataran tinggi mengalami mutasi yang meningkatkan jumlah sel darah merah mereka, sehingga membantu mengurangi hipoksia di ketinggian.
Temuan ini bukanlah hal yang aneh, karena orang-orang dari beberapa lingkungan dataran tinggi telah mengembangkan mutasi yang berbeda untuk melawan hipoksia. Menurut tim tersebut, varian gen Denisovan dapat memengaruhi fungsi protein yang disebut GBP2 yang membantu tubuh melawan patogen atau virus yang hanya ditemukan di dataran rendah, seperti parasit penyebab malaria. Oleh karena itu, gen-gen ini mungkin telah dipilih selama evolusi untuk membantu manusia melawan infeksi di dataran rendah di mana patogen tersebar luas.