Jafar Naufail Syairazi, anak kecil berusia 5 tahun ini harus menerima cobaan berat sejak ia masih bayi. Di usia yang seharusnya penuh keriangan, ia justru harus menjalani hidup dengan tantangan luar biasa. Tepat 1 bulan setelah lahir ke dunia, Jafar divonis mengidap penyempitan usus oleh dokter. Kondisi tersebut memaksanya untuk melakukan tindakan operasi untuk mengembalikan fungsi ususnya.
Tindakan operasi tak serta merta menyembuhkannya, ia justru harus menggunakan kantong colostomy pada bagian perutnya untuk buang air besar. Selepas operasi tersebut, tidak ada perubahan yang begitu signifikan dari tubuh kecil Jafar hingga usianya kini.
“Pas operasi kedua dari RS Fatmawati, gak ada perubahan. Abis makan, misalnya 2 hari kok kembung, terus aja kayak orang buncit gitu gimana sih. Kalau kita kan abis makan minum, sendawa kan, ini mah kagak.” ungkap Ferry, ayah dari Jafar.
Setelah berpindah rumah sakit, ternyata dokter memvonis bahwa Jafar sebenarnya menderita Hirschsprung. Penyakit Hirschsprung adalah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau tinja terjebak di dalam usus. Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka ini bisa mengakibatkan bayi tidak dapat buang air besar (BAB) sejak dilahirkan.
Salah satu metode pengobatan yang harus Jafar jalani adalah ostomi sehingga dokter akan memotong bagian usus yang bermasalah, kemudian mengarahkan usus yang sehat ke lubang (stoma) yang dibuat di perut. Itulah alasan Jafar harus menggunakan kantong colostomy sampai saat ini.
Setiap hari rasanya menjadi sebuah perjuangan baginya. Sang ayah yang bekerja sebagai sopir selalu menyempatkan waktu bersama anak tercintanya selepas bekerja. Ia membersihkan kantong colostomy dan memastikan tidak ada infeksi pada Jafar. Pemberian cairan NaCl secara rutin menjadi kewajiban setelah setiap makan untuk menghindari kembung yang menyiksa. Tak hanya itu, kontrol ke rumah sakit juga menjadi rutinitas yang melelahkan.
Operasi demi operasi dilalui, namun selalu ada kendala. Jahitan yang jebol dan bocor membuatnya sering harus kembali ke IGD, bahkan di tengah malam. “Malem-malem jam 11 malem dibawa ke RSCM, masukin ruang IGD belum diapa-apain tuh. Jam 2 baru masuk IGD, baru dibersih-bersihin, baru dikasih infusan. Infusan baru abis, baru masuk ruang inap subuh. Makanya kata bini saya, kok lama banget. Yah ya sabar lah, mau gimana abisnya.” ujar Ferry lirih.
Dengan kondisi ini, aktivitas Jafar sangat terbatas. Meskipun terlihat normal dari luar, ia sering merasa gatal dan sakit akibat jahitan di dalam perut. “Ya kalau kemaren sih dia kalau udah pake perban, kan pake kantong nih. Kayak agak gatal-gatal gimana sih. Dia gatal pas di sini nih (bagian jahitan pada sekitaran perutnya), digaruk, tapi kayak bukan gatel tapi ngerasain sakit.” ungkap sang ayah.
Walau demikian, semangat sang anak tetap tinggi. Ia masih bisa bermain dan belajar, meski dengan kondisi yang jauh dari ideal. Orang tuanya terus berjuang, berharap satu hari nanti anak mereka bisa hidup normal tanpa rasa sakit dan kantong colostomy yang membatasi geraknya. “Iya harusnya TK, tapi belum sekolah. Gimana mau sekolah, orang kata saya, saya doain aja kalau dia sembuh, jalan,” ungkapnya sedih.
Saat ini Jafar membutuhkan biaya untuk membeli obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS, perban, cairan NaCl, dan kantong colostomy yang harganya terbilang cukup mahal. Pengobatan ke rumah sakit yang sampai sekarang masih terus berjalan juga menguras biaya yang tak sedikit.
Mari kita bantu Jafar agar ia bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dan kembali ceria seperti anak-anak lainnya. Jafar dan keluarganya sangat berharap ada bantuan dari orang-orang baik hati yang ingin meringankan beban mereka.
#sahabatbaik bisa membantu Jafar dan keluarganya melalui donasi di berbuatbaik.id. Seluruh donasi akan 100% tersalurkan dan menjadi langkah kecil yang berarti besar bagi mereka.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Terus Semangat, Nenek Solati Bertahan Hidup dengan Berjualan Kerupuk
(miq/miq)