Lumajang (beritajatim.com) – Umat Hindu Bali kembali memadati Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kecamatan Senduro, Lumajang untuk melaksanakan Upacara Tawur Karya Panca Wali Krama, Jumat (19/7/2024).
Upacara ini merupakan salah satu bukti kuat hubungan spiritual dan sejarah antara Bali dan Lumajang yang telah terjalin sejak berabad-abad silam.
Kuatnya hubungan ini terlihat dari berbagai prasasti di Bali yang menyebutkan tentang keberadaan peradaban Hindu di Lumajang, khususnya di kawasan Gunung Semeru.
Salah satu bukti nyata adalah Topeng Dedari, topeng sakral umat Hindu Bali yang konon dibuat oleh Ki Lampor, seorang seniman dari Lumajang pada abad ke-9.
“Hubungan Bali dengan Semeru ini luar biasa. Salah satu topeng sakral kami, Topeng Dedari, tertulis dalam prasasti dibuat pada abad 9 oleh seniman Lumajang bernama Ki Lampor,” ungkap Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, tokoh umat Hindu Bali.
Lebih lanjut, Tjokorda Oka menjelaskan bahwa Topeng Dedari yang terbuat dari kayu Jorjenar atau Kemuning ini melambangkan tujuh bidadari dan kayu tersebut banyak tumbuh di lereng Gunung Semeru.
Catatan sejarah lain juga menyebutkan bahwa leluhur umat Hindu Bali telah hidup di lembah Gunung Semeru sejak abad ke-2 Masehi, tepatnya pada tahun 191 Masehi. Bahkan, prasasti kuno menyebutkan bahwa Istana Semeru dahulu terletak di Lumajang.
“Dalam sejarah asal usul orang Bali, di tahun 191 itu sudah dapat diketahui bahwa Istana Semeru ada di sini (Lumajang),” ungkap Tjokorda Oka.
Upacara Melasti yang dihelat di Pantai Watu Pecak, Kecamatan Pasirian, pada Senin (15/7/2024) lalu, dan Upacara Tawur Karya Panca Wali Krama di Pura Mandara Giri Semeru Agung, menjadi bukti nyata pelestarian tradisi dan budaya leluhur umat Hindu Bali yang terhubung erat dengan Lumajang. [vid/aje]