More

    Karyawan EY Diduga Kelelahan Bekerja-Tewas, Kenali Tanda-Cara Mencegah



    Daftar Isi



    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang karyawan berusia 26 tahun di firma konsultan multinasional Ernst & Young (EY) di India meninggal dunia, diduga akibat beban kerja yang sangat berat. Ibu kandung karyawan mengungkapkan ini melalui surat tertulis.

    Melansir dari Hindustan Times, karyawan salah satu firma konsultan “big 4” itu, Anna Sebastian Perayil meninggal dunia diduga akibat dibebani dengan pekerjaan yang sangat berat saat baru diterima kerja di perusahaan. Menurut surat yang diberikan kepada ibunya, Anita Augustine, Anna ternyata baru empat bulan bergabung dengan EY sebagai akuntan.

    Anita mengatakan anaknya baru bergabung dengan EY pada 19 Maret 2024. Lalu, Anna meninggal dunia pada 20 Juli 2024 alias dalam empat bulan setelah bekerja di perusahaan.

    Dalam suratnya, ibu Anna mengklaim, EY adalah perusahaan pertama bagi karier Anna dan ia sangat senang karena dapat bergabung dengan perusahaan tersebut.

    Tapi hanya dalam waktu empat bulan, Anna menyerah dengan “beban kerja yang sangat berat”. Menurut Anita, Anna selalu bekerja hingga larut malam, selalu pulang dalam keadaan super lelah hampir setiap hari, dan dibebani dengan pekerjaan yang sangat berat sebagai karyawan baru.

    “Anna adalah siswa berprestasi di sekolah dan perguruan tinggi, unggul dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan lulus ujian CA dengan pujian. Dia bekerja tanpa lelah di EY hingga mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memenuhi tuntutan yang diberikan kepadanya,” kata Anita dalam surat yang diberikan kepada pimpinan EY, dikutip Sabtu (21/9/2024).

    “Namun, beban kerja, lingkungan baru, dan jam kerja yang panjang membebani Anna secara fisik, emosional, dan mental,” sambung Anita.

    Dilaporkan, Anna diminta perusahaan untuk tetap bertahan karena ada beberapa karyawan EY yang mengundurkan diri akibat beban kerja yang berlebihan. Bahkan, Anna diminta untuk bertahan demi memulihkan nama baik perusahaan.

    “Manajer tim mengatakan kepadanya: ‘Anna, kamu harus tetap tinggal dan mengubah pendapat semua orang tentang tim kita.’ Anak saya tidak menyadari bahwa dia akan membayarnya dengan nyawa,” kata Anita.

    Melalui suratnya, Anita menyebut bahwa perusahaan dan manajernya tidak menunjukkan perhatian kepada karyawan baru yang baru pindah dari kampung halaman dan sedang berjuang untuk beradaptasi di kota baru yang lingkungannya tidak dikenali.

    Lebih lanjut, Anita menjelaskan, Anna sering mendadak diberi tugas menjelang waktu bekerja hariannya selesai dan diminta untuk bekerja lembur. Tak hanya itu, Anna juga sering bekerja hingga larut malam, termasuk pada akhir pekan.

    Beban kerja lainnya yang sering dibebankan kepada Anna adalah rapat sering dijadwal ulang oleh manajernya dan ia menerima tugas tambahan di luar uraian tugas.

    Ibunya mengatakan, Anna selalu “dibombardir” dengan pesan terkait pekerjaan bahkan saat ia sudah tertidur sebelum sempat mengganti pakaian.

    Kelelahan Alias Burnout

    Dirangkum dari berbagai sumber, kondisi yang dialami Anna menunjukkan kondisi saat seseorang mengalami burnout. Kondisi ini adalah saat seseorang kehilangan energi psikis maupun fisik, mengalami kelelahan fisik dan mental, juga emosional. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan.

    Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens. Hak dan tanggung jawab kerja yang tak jelas serta konflik peran (misalnya tuntutan kerja tidak konsisten dengan nilai-nilai yang diyakini) dapat berkontribusi.

    Burnout pun tidak bisa dianggap sepele karena bisa sebabkan kematian.

    Lantas, apa tanda-tanda burnout dan cara mencegahnya?

    Mengutip situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), burnout dapat terjadi kepada seorang karyawan ketika kondisi emosionalnya tidak stabil dan stres yang dialami karyawan tersebut berkepanjangan. Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan diri individu di dalam menghadapi tuntutan organisasi yang semakin tinggi dan persaingan yang keras ditempat kerja karyawan itu adalah stres.

    Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungannya secara normal. Stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan individu yang bersangkutan menderita kelelahan, baik fisik maupun mental.

    Keadaan seperti ini disebut burnout, yaitu kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terjadi karena stres diderita dalam jangka waktu yang cukup lama, di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi.

    Penyebab Burnout

    Penyebab terjadinya burnout pada karyawan adalah karena tekanan atau beban pekerjaan yang besar, sehingga karyawan merasa tidak senang dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Burnout terbagi dua faktor yang dipandang mempengaruhi munculnya burnout, yaitu :

    1. Faktor eksternal

    Merupakan kondisi kerja, yang meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton.

    2. Faktor internal

    meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, tingkat pendidikan, masa kerja dan karakteristik kepribadian.

    Ciri-ciri Burnout

    1. Kelelahan fisik seperti sakit kepala, demam, sakit punggung, rentan terhadap penyakit, tegang pada otot leher dan bahu, sering terkena flu, susah tidur, mual-mual, gelisah, dan perubahan kebiasaan makan.

    2. Kelelahan emosi seperti rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme, perasaan tidak menolong, ratapan yang tiada henti, tidak dapat dikontrol (mudah marah), gelisah, tidak perduli terhadap tujuan, tidak peduli dengan peserta didik (orang lain), merasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, sia-sia, putus asa, sedih, tertekan dan tidak berdaya.

    3. Kelelahan mental, seperti merasa tidak berharga, rasa benci, rasa gagal, tidak peka, sinis, kurang bersimpati dengan orang lain, mempunyai sikap negatif terhadap orang lain, cenderung masa bodoh dengan dirinya, pekerjaannya dan kehidupannya, acuh tak acuh, pilih kasih, selalu menyalahkan, kurang bertoleransi terhadap yang ditolong, ketidakpuasan terhadap pekerjaan, konsep diri yang rendah, merasa tidak kompeten dan tidak puas dengan jalan hidup.

    Bagaimana Cara Mencegah Burnout?

    Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain ialah :

    1. Job Redesign

    Langkah ini berupa merancang kembali pekerjaan yang ada agar tidak monoton, membosankan, dan menimbulkan kelelahan fisik maupun mental. Merancang kembali pekerjaan dapat merubah pelaksanaan pekerjaan menjadi bervariasi, lebih memberi tantangan pada kemampuan karyawan, dan membuat pekerjaan berarti dalam proses secara keseluruhan. Program pengembangan karir, program ini perlu diperkenalkan, sehingga karyawan dapat mengharapkan perkembangan pribadinya, keemampuannya, sesuai dengan tuntutan pekerjaan, tanggung jawab, dan wewenang yang dimilikinya.

    2. Performance Management

    Ini mengacu pada bagaimana manajemen dapat mempertahankan kinerja yang dapat dicapai oleh organisasi secara optimal. Program konsultasi dan umpan balik. Kegiatan ini dapat memberi kesempatan pada karyawan untuk berbagi rasa dengan orang lain, dan umpan balik merupakan alat yang dapat digunakan untuk memberikan masukan-masukan agar seseorang dapat mengurangi perasaan-perasaan negatif yang dirasakan, dan mengembangkan harga diri yang positif umpan balik dapat memperkuat self esteem dan self efficacy pada diri karyawan. Dalam kegiatan ini karyawan dapat mendapatkan dukungan sosial sehingga dapat mengurangi beban yang dirasakannya berat.

    3. Restrukturisasi reward

    Ini dimaksudkan untuk menghargai karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan kepada organisasi atau perusahaan. Bilamana karyawan dihargai atau diberi hadiah sesuai dengan pengorbanan yang diberikan maka akan merasakan kepuasan kerja yang lebih tinggi. Penghargaan yang sesuai akan mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri maupun pada perusahaan.

    (dce)

    Saksikan video di bawah ini:

    Video: Hampir 20 Juta Orang Indonesia Kena Diabetes





    Next Article



    Orang Tua Juga Bisa Burnout, Ini 3 Cara Mengatasinya



    Source link