Tulungagung (beritajatim.com) – Warga Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung memiliki ritual unik untuk meminta hujan. Mereka menggelar ritual manten kucing atau ngedus kucing di kawasan Coban Kromo yang kini mengering akibat kemarau panjang.
Masyarakat meyakini ritual tersebut dapat mendatangkan hujan sehingga kebutuhan air warga kembali tercukupi.
Berdasarkan tutur lisan, ritual ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Ritual ini bermula saat terjadi kemarau panjang di desa tersebut. Seorang sesepuh desa tanpa sengaja mandi dengan kucingnya di kawasan Coban Kromo.
Setelah itu turun hujan dan mengakhiri kemarau panjang. Warga yang mengetahui hal tersebut kemudian menjadikan ritual saat kemarau panjang terjadi.
Ritual ini diawali dengan arak-arakan sepasang kucing yang hendak dimandikan. Kucing tersebut dibawa oleh pengantin lengkap dengan kembar mayang. Setelah diarak kucing dibawa turun ke aliran Coban Kromo.
Kepala Desa selaku sesepuh lalu memandikan sepasang kucing tersebut setelah membaca doa. Usai memandikan kucing ritual dilanjutkan dengan menggelar slametan.
Kepala Desa Pelem, Mujialam mengatakan bahwa acara ini dikhususkan untuk berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan hujan di saat musim kemarau panjang.
Baru tahun ini terjadi aliran air di Coban Kromo mengering saat musim kemarau. Padahal sebelumnya meski musim kemarau namun air di Coban Kromo masih mengalir.
“Tujuannya itu untuk meminta hujan. Manten kucing atau ngedus kucing bisa dilaksanakan pada waktu kemarau panjang,” ujarnya, Minggu (10/11/2024).
Ritual ini tidak selalu digelar setiap tahun. Mereka hanya melakukan ritual manten kucing atau ngedus kucing di musim kemarau panjang saja. Selama ini masyarakat desa bergantung dengan aliran air dari Coban Kromo untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain itu air juga digunakan untuk mengairi lahan sawah. Namun sejak bulan Juni lalu debit air mulai turun dan mengering.
“Dibanding tahun-tahun sebelumnya mulai saya nih sampai sekarang tidak ada air cuma tahun ini,” pungkasnya. [nm/aje]