Jakarta, CNBC Indonesia – Sebagian orang tua mungkin kurang menyadari risiko pneumonia pada anak terutama bayi. Sebab, gejala awal penyakit ini sering disalahartikan sebagai batuk pilek biasa.
Penyakit yang menyerang pernapasan ini bisa berakibat fatal dan berisiko tinggi jika tidak segera ditangani. Di Indonesia, menurut Data Profil Kesehatan 2022, pneumonia termasuk dalam 10 penyebab utama kematian terutama pada kelompok rentan seperti bayi dan anak-anak di bawah lima tahun.
Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-kantung udara dalam paru-paru. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas.
“Anak-anak cukup rentan terhadap berbagai jenis penyakit, termasuk pneumonia. Sebab sistem imunitas tubuh mereka yang masih lemah dan belum terbentuk sempurna,” kata Dokter Spesialis Anak Prof. Dr.dr. Hartono Gunardi, Sp.A (K) pada acara “Menuju Indonesia Emas 2045: Pfizer Indonesia dan IAKMI Dorong Generasi Sehat Bebas Pneumonia” di Kota Jakarta Selatan, Senin (18/11/2024).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pneumonia tidak datang mendadak. Untuk itu, pneumonia pada anak perlu dikenali sejak dini dan diperiksakan ke dokter secepatnya.
Cara penyebaran
Pneumonia dapat menyebar melalui beberapa cara. Virus dan bakteri yang biasa terdapat pada hidung atau tenggorokan anak dapat menginfeksi paru-paru jika terhirup.
Pneumonia juga dapat menyebar melalui udara dari batuk atau bersin. Selain itu, pneumonia dapat menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir.
Gejala
Penyakit ini sering ditandai dengan gejala batuk yang cukup lama, kemudian sesak napas dan demam. Meski gejalanya terlihat seperti sakit pada umumnya, namun jika tidak segera mendapat penanganan dapat menyebabkan kematian.
Pneumonia pada bayi dan anak bisa juga mengeluarkan gejala seperti sakit tenggorokan, napas berbunyi, lemas, mual, diare, nafsu makan menurun. Serta lebih sering menangis dan rewel dibandingkan biasanya.
Foto: Acara “Menuju Indonesia Emas 2045: Pfizer Indonesia dan IAKMI Dorong Generasi Sehat Bebas Pneumonia” di Kota Jakarta Selatan, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Linda Sari Hasibuan)
|
Pencegahan
Untuk pencegahan pneumonia pada bayi bisa dimulai dengan memastikan asupan ASI dan MPASI tercukupi serta tentunya seimbang dalam hal gizi. MPASI atau makanan pendamping ASI dianjurkan untuk mulai diberikan sejak bayi berusia 6 bulan.
Sementara itu, pemberian ASI dianjurkan terus diberikan pada bayi hingga berusia 2 tahun. Sebab, ASI dapat memberi antibodi untuk melindungi bayi dari serangan penyakit.
Tidak hanya itu, pastikan orang tua memberikan imunisasi yang lengkap. Hal ini dapat menjadi salah satu cara mencegah pneumonia anak, dan juga berbagai penyakit lain, seperti campak, batuk, difteri, dan penyakit berat lainnya.
Selain jaga kebersihan lingkungan dan di dalam rumah. Jangan biarkan anak-anak terpapar oleh polusi udara, seperti asap rokok, karena dapat merusak saluran pernapasannya.
Anak-anak yang hidup bersama seorang perokok, meskipun tidak merokok langsung di depannya, tetap memiliki risiko untuk terkena penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan.
(miq/miq)
Next Article
Heboh Kasus Bayi Meninggal Usai Imunisasi, Ini Kata Kemenkes