Selama masa kampanye bukan hanya Prabowo Subianto yang menjadi sorotan, tetapi juga ayudannya, Mayor Teddy. Sorotan kamera terhadap Teddy seringkali membuat banyak orang salah fokus. Banyak yang menyebut dia tampan dan gagah, meski itu sebenarnya bersifat subjektif.
Namun, sejarah mencatat Mayor Teddy bukan ajudan Menteri Pertahanan pertama yang berhasil mencuri perhatian orang berkat ketampanannya. Sebelumnya ada Pierre Tendean yang bernasib serupa.
Tendean adalah perwira Angkatan Darat berpangkat Letnan Satu (Lettu). Secara fisik, dia jauh berbeda dengan tentara-tentara lain. Sebab, Tendean adalah keturunan bule, lebih tepatnya Prancis, yang diperoleh dari Ibunya. Selain itu, dia juga berperawakan atletis.
Pintar, atletis, dan tampan membuat Tendean menjadi pusat perhatian. Dalam autobiografi berjudul Pierre Tendean (1983) dijelaskan, saat menempuh pendidikan militer banyak gadis remaja kerap mencari perhatian ke Tendean. Tujuannya tentu saja agar mereka bisa berinteraksi dengan taruna tersebut. Bahkan, dia juga sempat dijuluki sebagai Robert Wagner, salah satu aktor ternama Amerika Serikat, karena tampannya.
Perhatian kepada pria kelahiran 21 Februari 1939 itu lantas mencapai puncaknya saat ditugasi sebagai ayudan Menteri Pertahanan, A.H Nasution, pada April 1965. Sebagai ayudan, sudah pasti Tendean ikut kemanapun Nasution pergi. Pada titik inilah, dia menjadi magnet tersendiri melebihi atasannya.
Nasution sendiri bersaksi dalam memoar berjudul Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 6 (1987), bahwa dalam suatu acara, sangat banyak mata yang melihat kepada Tendean, alih-alih dirinya. Bahkan, sering terjadi kerumunan orang mengelilingi Tendean saat ada acara, dan Nasution pun memaklumi dan tidak marah.
Meski sukses menjadi perhatian orang, Tendean tidak genit kepada perempuan, karena saat itu dia sudah punya pacar bernama Rukmini Chaimin, perempuan asal Medan. Keduanya bertemu pada tahun 1963 dan berencana menikah pada November 1965.
Namun, pernikahan tersebut tidak pernah terlaksana. Dua bulan sebelum menikah, terjadi peristiwa besar yang mengubah hidup Tendean dan jalan sejarah negara.
Pada 1 Oktober 1965, sekelompok pasukan bersenjata tak dikenal yang mencari Nasution menyerbu rumah Menhan. Sebagai ayudan, Tendean melakukan perlawanan dengan senjata, tetapi kalah jumlah. Kelompok tersebut mengira Tendean sebagai Nasution. Dia pun dibawa ke Lubang Buaya, tanpa tahu itu bukan Nasution.
Di Lubang Buaya itulah hidupnya berakhir. Diketahui, Tendean ditembak dan jasadnya dimasukkan ke sumur. Kelak, peristiwa kelam ini dikenal sebagai Gerakan 30 September yang tak hanya menjadikan Tendean sebagai korban, tetapi juga 6 jenderal lain.
Setelah wafat, Tendean dinaikkan pangkat menjadi Kapten. Dia pun dianugerahi Pahlawan Revolusi. Sampai sekarang, namanya selalu dikenal karena banyak diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota.