Tradisi Nyadran atau Sadranan adalah kegiatan sosial spiritual yang telah ada dalam masyarakat Jawa selama ratusan tahun. Kegiatan ini melibatkan pembersihan makam leluhur, nyekar (tabur bunga), dan kenduri selamatan atau berdoa di makam leluhur.
Ritual Nyadran berlangsung dua kali setahun, yaitu pada bulan Ruwah dan Sapar dalam penanggalan Jawa. Tradisi ini juga menjadi persiapan menjelang bulan suci Ramadhan, khususnya bulan Syaban dalam kalender Hijriyah.
Menurut pendiri Maxone Hotel Loji Kridanggo Aloys Sutarto, Nyadran dapat memperkuat hubungan antar keluarga dan warga serta memiliki nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, silaturahmi, dan berbagi antar masyarakat.
Tradisi Nyadran dilaksanakan dengan beragam kearifan lokal, sehingga terdapat perbedaan dalam prosesi pelaksanaannya di berbagai tempat. Pengembangan dalam prosesi Nyadran juga dilakukan dengan memasukkan unsur budaya seperti Kirab Tadisi Nyadran atau kirab tenong sebagai bagian dari kebersamaan.
Maxone Hotel Loji Kridanggo di Boyolali juga menggelar prosesi Nyadran pada tanggal 27 Februari lalu. Acara dimulai dengan Kirab Tenong yang membawa tumpeng lengkap dengan lauk pauk, kemudian dilanjutkan dengan tahap Ujub dan doa bersama untuk roh leluhur yang telah meninggal. Kegiatan tersebut juga diakhiri dengan makan bersama atau Kembul Bujono dan Tasyukuran.
Tradisi Nyadran adalah warisan budaya yang penting dalam masyarakat Jawa, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, dan menjaga hubungan antar warga secara harmonis.