Restoran cepat saji, McDonald’s, mengalami penurunan penjualan setelah memberikan makanan gratis kepada Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel. Hasil analisis yang disurvei oleh FactSet menemukan bahwa penjualan McDonald’s secara global “hanya” naik 3,4 persen pada kuartal IV 2023 atau Oktober-Desember. Wall Street memperkirakan kenaikan penjualan sebesar 4,7 persen.
Penjualan McDonald’s di Timur Tengah terhenti akibat boikot setelah waralaba di Israel memberikan makanan gratis dan diskon khusus untuk IDF. CEO McDonald’s, Chris Kemczinski, mengatakan bahwa perusahaannya melihat pelemahan penjualan di beberapa pasar di luar Timur Tengah, termasuk Indonesia dan Malaysia, karena berpenduduk mayoritas beragama Islam. Prancis juga merasakan “beberapa dampak”.
McDonald’s di China dan Jepang justru mencatatkan pertumbuhan penjualan yang positif pada kuartal yang sama, yakni sebesar 4,3 persen atau sesuai perkiraan. Hal ini didukung oleh kenaikan harga menu.
Seruan boikot McDonald’s ramai di media sosial setelah restoran cabang Israel mengumumkan bahwa pihaknya telah mendonasikan 4.000 makanan per hari kepada IDF dan rumah sakit, serta memberikan diskon 50 persen khusus anggota IDF. Akibat hal tersebut, sejumlah franchise McDonald’s di negara muslim, seperti Arab Saudi, Oman, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Yordania, dan Turki menyatakan bahwa pihaknya tidak mendukung McDonald’s Israel. Beberapa franchise juga memberikan bantuan kepada Palestina.
Menurut laman resmi BDS Movement, McDonald’s adalah perusahaan yang masuk ke dalam daftar “Sasaran Boikot Organik” karena cabang atau waralaba di Israel secara terbuka mendukung agresi Israel di Gaza. Perusahaan tersebut menjadi target di beberapa negara oleh kampanye boikot organik, bukan diinisiasi oleh BDS Movement, karena cabang atau waralaba mereka di Israel secara terbuka mendukung dan/atau memberikan sumbangan besar kepada militer Israel dalam serangan Israel saat ini terhadap 2,3 juta warga Palestina di Jalur Gaza yang diduduki dan dikepung.