Film-film kontroversial belakangan ini menjadi sorotan hangat di media sosial. Yang terbaru, Film “Kiblat” menjadi perbincangan netizen setelah dilarang tayang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Larangan tersebut dilontarkan karena poster film dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Cholil Nafis, Ketua Bidang Dakwah MUI, secara tegas melarang penayangan film “Kiblat” di bioskop-bioskop Indonesia. Menurutnya, film ini dianggap sebagai kampanye hitam terhadap agama Islam dan tidak mencerminkan makna sebenarnya dari kata ‘kiblat’, yang merujuk pada arah solat, yaitu Ka’bah.
Tidak hanya dari MUI, penulis dan dai terkemuka seperti Gus Hilmi juga mengecam film ini, menyebutnya tidak mendidik dan dapat mempengaruhi orang untuk enggan melaksanakan ibadah.
Namun, “Kiblat” bukan satu-satunya film yang dilarang tayang di Indonesia. Beberapa film lain juga menghadapi nasib serupa dengan beragam alasan pelarangan. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Kucumbu Tubuh Indahku
Film ini dilarang tayang setelah sebuah petisi mendapat dukungan lebih dari 100 ribu akun serta tokoh-tokoh penting dan organisasi masyarakat. Alasan pelarangan ini terkait dengan dugaan konten LGBT yang dianggap sebagai perilaku penyimpangan seksual.
Meskipun tidak bisa tayang di bioskop, “Kucumbu Tubuh Indahku” berhasil meraih kesuksesan di sejumlah festival film internasional, seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Festival Film Internasional Venesia ke-75, dan Festival Tiga Benua Nantes. Film ini juga memperoleh berbagai penghargaan bergengsi.
2. Something In The Way
Film ini, yang dibintangi oleh Reza Rahadian, tidak diizinkan tayang di bioskop Indonesia karena mengangkat cerita sensitif seputar seksualitas dan agama. Meskipun sutradaranya, Teddy Soeriaatmadja, sebelumnya menyatakan bahwa film tersebut sengaja tidak ditayangkan di Indonesia untuk menghindari kontroversi.
3. Pocong
Film ini, yang pertama kali dirilis pada tahun 2006, juga mengalami larangan penayangan oleh Lembaga Sensor Film (LSF) karena mengandung unsur yang menyinggung SARA dan budaya. Kisah film ini mengenai Kerusuhan Mei 1998 menjadi salah satu alasan larangan tersebut. Meskipun demikian, versi terbaru dari film ini berhasil tayang pada tahun 2019 setelah beberapa perubahan dilakukan pada naskah dan visualnya.
4. Takut: Faces of Fear
Takut: Faces of Fear merupakan kumpulan horor antologi yang terdiri dari enam film pendek yang dibuat oleh tujuh sutradara Indonesia. Ketika film ini pertama kali diluncurkan, mayoritas dari para sutradara tersebut adalah orang baru di industri film.
Namun, di sisi lain, para aktor dan aktris yang terlibat dalam proyek ini adalah figur-figur yang sudah dikenal luas pada masa itu, seperti Marcella Zalianty, Lukman Sardi, Dinna Olivia, Shanty, Fauzi Baadila, dan Shareefa Daanish. Tapi sayangnya, film ini dilarang tayang di bioskop Indonesia.
Alasan pelarangan film ini adalah potensinya untuk memicu trauma bagi penonton karena berbagai adegan kekerasan yang dianggap tidak pantas. Meskipun demikian, film ini tetap dapat dinikmati dalam festival-festival film tertentu, termasuk Indonesia International Fantastic Film Festival dan Festival Film International Rotterdam.
5. The Look of Silence
Film dokumenter yang digarap oleh Joshua Oppenheimer ini, yang mengangkat tema peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965-1966, mengalami larangan penayangan di Indonesia karena sensitivitas tema yang diangkat. Namun, film ini berhasil mendapat apresiasi di berbagai festival film internasional, termasuk masuk nominasi Oscar.
Meskipun dilarang tayang di Indonesia, nyatanya film ini berhasil meraih pengakuan internasional, bahkan menjadi salah satu nominasi ajang bergengsi Oscar untuk kategori Dokumenter Terbaik.
6. Jagal
Sebelum kesuksesannya dengan “The Look of Silence,” Joshua Oppenheimer membuat film dokumenter kontroversial lainnya yang mengkritisi pembantaian anti-PKI tahun 1965-1966. Meskipun mendapat apresiasi internasional, film ini dilarang tayang di Indonesia karena khawatir akan membangkitkan paham komunis.
Dengan berbagai larangan ini, terlihat bahwa banyak film di Indonesia masih harus melewati berbagai uji coba sensor dan evaluasi sebelum dapat dinikmati oleh penonton di bioskop-bioskop Tanah Air. [mnd/aje]
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks