More

    Menggali Makna Tersirat dari Hidangan Idul Fitri Khas Lumajang

    Makanan Khas Lumajang dalam Perayaan Idul Fitri: Filosofi dan Maknanya

    Lumajang (beritajatim.com) – Mungkin masih banyak yang belum mengetahui makna di balik makanan khas Lumajang yang disajikan saat perayaan Hari Raya Idul Fitri.

    Di tengah keseruan Hari Raya Idul Fitri, Lumajang, sebuah kota yang kaya akan budaya di Jawa Timur, dikenal dengan tradisi hidangan khas yang sangat berharga.

    Lepet, kupat, dan lontong adalah tiga hidangan khas yang selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini.

    Di balik kelezatan hidangan-hidangan tersebut, tersimpan filosofi yang dalam, menceritakan tentang kebersamaan, kesederhanaan, dan rasa syukur.

    1. Lepet

    Lepet adalah salah satu hidangan khas yang tidak boleh terlewatkan saat Idul Fitri di Lumajang. Terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang dan kemudian dikukus hingga matang, lepet menawarkan rasa manis yang lembut serta tekstur yang kenyal.

    Lepet berasal dari kata “silep” yang mengacu pada tindakan mengubur atau menyimpan, dan “rapet” yang merujuk pada kekompakan atau kepadatan.

    Ada peribahasa terkenal terkait dengan lepet, yaitu ‘mangga dipun silep ingkang rapet’, yang berarti ‘mari kita kubur dengan rapat’.

    Selain sebagai hidangan, lepet juga memiliki simbol kesucian dan kebersihan. Oleh karena itu, masyarakat sering menggunakan lepet sebagai gantungan di depan rumah untuk mengusir energi negatif.

    Proses pembungkusannya yang rapat mencerminkan persatuan dan kerukunan antar sesama, sedangkan ketahanan ketan yang lengket seperti lem melambangkan ikatan yang kuat antara anggota keluarga serta komunitas.

    2. Kupat

    Kupat, atau sering disebut ketupat, adalah hidangan yang terbuat dari nasi yang dimasak dalam anyaman janur kelapa. Di Lumajang, kupat sering disajikan dengan hidangan kari atau opor ayam, menjadikannya hidangan yang sangat dinantikan selama perayaan Idul Fitri.

    Filosofi di balik kupat adalah tentang kesederhanaan dan kesucian. Proses memasaknya yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan menekankan pentingnya nilai-nilai kesederhanaan dalam kehidupan.

    Selain itu, bentuk segitiga dari kupat melambangkan ketulusan hati serta kesucian dalam menjalani hidup.

    3. Lontong

    Lontong, hidangan yang terbuat dari nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan kemudian dikukus hingga padat, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Idul Fitri di Lumajang.

    Biasanya disajikan dengan sambal kacang atau kuah gulai, lontong memberikan rasa yang gurih dan nikmat. Filosofi di balik lontong adalah tentang syukur dan keberlimpahan.

    Proses pembungkusannya yang melindungi nasi dari kerusakan selama proses pengawetan mengajarkan kita untuk bersyukur atas rezeki yang melimpah, serta melindungi dan memelihara apa yang telah diberikan oleh Tuhan.

    Dengan menjaga tradisi memasak lepet, kupat, dan lontong saat Idul Fitri, masyarakat Lumajang tidak hanya menikmati lezatnya hidangan tersebut, tetapi juga meneruskan warisan budaya yang kaya serta memahami filosofi yang tersembunyi di balik setiap hidangan.

    Lebih dari sekadar makanan, tradisi ini mengajarkan kita untuk menghargai kebersamaan, kesederhanaan, dan syukur dalam hidup sehari-hari. [ian]

    Source link