Insiden yang dimaksud adalah serangan singkat di perbatasan oleh pasukan Korea Utara dan dimulainya kembali siaran anti-Pyongyang oleh Korea Selatan.
“Kami menjalankan misi kami dengan serius di Komando PBB dan saat ini sedang menyelidiki masalah baru-baru ini dengan sangat teliti,” kata UNC.
UNC merupakan penegak gencatan senjata yang menghentikan pertempuran pada Perang Korea tahun 1950-1953 dan mengawasi aktivitas di dalam DMZ, zona penyangga antara kedua Korea sejak konflik tiga tahun berakhir tanpa perjanjian damai.
“Tindakan kami sangat sesuai dengan Perjanjian Gencatan Senjata saat kami berupaya meredakan situasi guna menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan. Kami terus menyerukan DPRK (Korea Utara) untuk kembali berdialog menggunakan mekanisme yang kami miliki,” ucapnya.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Jeon Hak-kyou, mengatakan pihaknya akan secara aktif mendukung penyelidikan UNC.
UNC juga sedang menyelidiki peluncuran balon berisi sampah yang dilakukan Korea Utara dan menyebutnya sebagai pelanggaran gencatan senjata.
Investigasi tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan lintas batas yang dipicu oleh kampanye balon pembawa sampah yang dilakukan Korea Utara baru-baru ini.
Sejak 28 Mei, Korea Utara diperkirakan telah meluncurkan lebih dari 1.600 balon dalam apa yang disebut sebagai respons pembalasan (tit-for-tat) terhadap selebaran anti-Pyongyang yang dilakukan oleh para aktivis di Korea Selatan.
Pada Minggu (9/10), sekitar 20 tentara Korea Utara melintasi Garis Demarkasi Militer di dalam Zona Demiliterisasi (DMZ), yang memisahkan kedua Korea, di bagian tengah perbatasan sebelum mundur ke utara setelah Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan, menurut militer Seoul.
Serangan tersebut terjadi hanya beberapa jam sebelum Korea Selatan menyiarkan siaran anti-Pyongyang ke Korea Utara untuk pertama kalinya dalam enam tahun sebagai tanggapan terhadap peluncuran balon pembawa sampah.
Selama bertahun-tahun, para pembelot Korea Utara di Selatan dan aktivis konservatif telah mengirimkan selebaran ke Korea Utara melalui balon untuk membantu mendorong warga Korea Utara agar pada akhirnya bangkit melawan rezim keluarga Kim.
Korea Utara mengecam kampanye propaganda tersebut di tengah kekhawatiran bahwa masuknya informasi dari luar dapat menimbulkan ancaman bagi pemimpinnya Kim Jong-un.
Korea Utara juga bereaksi dengan marah terhadap pengeras suara di perbatasan Korea Selatan yang menyiarkan pesan-pesan kritis terhadap rezim Korea Utara dan melepaskan tembakan artileri ke arah Korea Selatan pada tahun 2015 karena siaran tersebut.
Sumber : Yonhap
Baca juga: Jepang minta Korsel, Korut jaga kestabilan Semenanjung Korea
Baca juga: NSC Korsel adakan pertemuan bahas tanggapan balon sampah Korut
Baca juga: Korsel peringatkan Korut untuk hentikan tindakan provokatif
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024