More

    Haji Yasan, Penjual Minyak Tanah Keliling yang Tersisa di Gresik

    Gresik (beritajatim.com) – Haji Yasan (69) hingga saat ini masih menjalankan profesinya sebagai penjual minyak tanah keliling. Bisa dibilang, dia menjadi salah satu pedagang minyak tanah yang tersisa di Gresik.

    Sejak 15 tahun lalu, Pemerintah menghapus subsidi untuk minyak tanah, memicu harga BBM yang biasa digunakan bagi keperluan dapur itu melonjak tinggi. Perlahan, minyak tanah menghilang di pasaran.

    Penjualnya pun menyusut drastis. Tak hanya mereka yang punya lapak namun juga pedagang keliling.

    Tetapi, Haji Yasan memilih tetap setia pada profesinya. Berkeliling mennyusuri jalanan Gresik. Sembari menawarkan dagangannya yang sudah sulir didapat. Minyak tanah.

    Kakek satu cucu asal Kelurahan Sukorame, Kecamatan Gresik itu sudah menjual minyak tanah sejak 1972. Setiap hari dia membawa 40 liter minyak tanah.

    “Dulu saya berjualan menggunakan kaleng ukuran kecil. Sekarang pakai jirigen. Keliling mulai dari rumah hingga Alun-Alun Kota Gresik,” ujar Haji Yasan, Rabu (11/9/2024).

    Yasan mengakui, menjual minyak tanah saat ini tidak sama dengan 15 tahun lalu. Dulu, minyak tanah banyak dicari. Dia pun punya banyak pelanggan. Sementara sekarang, minyak tanah begitu sulit terjual.

    Kendati demikian dirinya tetap bersyukur masih ada pelanggan yang membeli dagangannya. Mereka adalah para ibu rumah tangga, yang masih menggunakan minyak tanah untuk memasak.

    ‘Dulu sebelum dicabut oleh pemerintah, berjualan minyak tanah tidak sampai siang hari sudah ludes terjual. Kalau sekarang laku sedikit sudah Alhamdulillah,” ungkapnya.

    Yasan tidak mempersalahkan penjualannya sedikit atau banyak. Namun, di balik keuletannya itu, Yasan bersama istrinya berhasil memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Bisa sampai duduk di bangku perguruan tinggi.

    “Hidup disyukuri saja, rezeki sudah ada yang mengatur,” paparnya sambil menghisap rokok dalam-dalam.

    Setiap harinya, Yasan menjual minyak tanah ke pelanggan dengan harga Rp14 ribu per liter. Dari setiap hari berkeliling, tidak semua minyaknya habis terjual. Maklum, sebagian besar masyarakat sudah menggunakan gal Elpiji untuk memasak.

    “Hasil jualan selama 52 tahun dipakai menabung untuk membeli rumah meski tidak terlalu besar, tinggal sama istri,” paparnya.

    Kisah Pak Yasan tidak hanya menarik dari sisi historis, tetapi juga menyoroti aspek sosial dan ekonomi. Keberadaan pedagang minyak tanah seperti Haji Yasan menunjukkan masih ada segmen masyarakat yang membutuhkan minyak tanah. [dny/beq]

    Source link