Guru Besar Universitas Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dwi Andreas Santosa mengingatkan suatu pemerintahan bisa jatuh apabila tidak baik dalam mengelola pangan.
Hal itu disampaikan Dwi dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Kedaulatan Pangan di Indonesia (Beras, Kedelai dan Jagung)’ di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Kamis 15 Agustus 2024.
Dia mencontohkan, ketika tahun 2011 terjadi krisis pangan dunia. Saat itu, negara-negara terutama Afrika Utara dan Timur Tengah sangat tergantung pada impor, yakni Gandum.
“Dan saat itu terjadi kenaikan harga gandum hampir dua kali, di tahun 2011, runtuhlah semua negara-negara tersebut,” ujar Dwi seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (16/8/2024).
Menurut Dwi, akibat kejadian tersebut sebanyak 2 juta orang akhirnya mengungsi, terbesar secara sejarah perang dunia kedua.  Selain itu, kata dia, bencana pangan terjadi di Negara Afrika Bagian Utara, yakni Sudan pada tahun 2018.
 “Ketika itu harga gandum naik relatif tinggi, pemerintah Sudan menaikkan harga roti 3 kali lipat. Hasil akhirnya, pemerintahan jatuh pada April 2019,” jelas dia.
Selain mencontohkan Sudan, Dwi uga mengungkit kasus Presiden Sri Lanka yang melarikan diri pada tahun 2022 akibat protes dari warga negara dipicu penurunan produksi pangan.
“Lalu apa yang terjadi? Kita menyaksikan di berita-berita. Rakyat masuk ke istana dan berenang di kolam renang istana dan Presiden Sri Lanka melarikan diri. Itu juga persoalan pangan,” jelasnya.