Proyek pembangunan tanggul pantai sebagai bagian dari National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A di wilayah pesisir Jakarta mengalami keterlambatan dari target semula tahun 2028 menjadi tahun 2030. Tanggul pantai ini dirancang untuk mengatasi masalah banjir rob di pesisir Jakarta. Plt Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta, Ika Agustin Ningrum, mengungkapkan bahwa ada dua tantangan utama yang menyebabkan keterlambatan dalam menyelesaikan proyek tersebut. Pertama, proses pengadaan barang dan jasa, dan kedua, koordinasi yang intensif dengan masyarakat nelayan di daerah pesisir.
Salah satu perhatian utama dalam pembangunan tanggul adalah mengenai lokasi tambat kapal nelayan. Dinas SDA Jakarta bekerja keras agar desain tanggul tidak menghambat jalur perairan dan memudahkan nelayan untuk membawa hasil tangkapan ikan ke daratan. Para nelayan juga dilibatkan dalam proses koordinasi ini, bersama dengan Dinas KPKP, untuk memastikan kebutuhan mereka terakomodir dengan baik.
Ika juga menekankan pentingnya masukan dari masyarakat, terutama para nelayan, dalam proses perancangan tanggul. Saat ini, sebagian wilayah telah melalui proses koordinasi meskipun masih ada beberapa titik yang memerlukan penyesuaian. Proyek NCICD Fase A melibatkan pembangunan tanggul sepanjang 39 kilometer, dengan progres 17,1 kilometer oleh Kementerian PU dan 8,5 kilometer oleh Pemprov DKI Jakarta. Namun, masih terdapat 13,4 kilometer tanggul yang belum rampung, terutama di area kritis seperti Muara Angke, Pantai Mutiara, Ancol Barat, dan Sunda Kelapa yang sering terdampak rob.