Kerja sama antara negara berkembang dalam pengembangan mineral kritis menjadi kunci penting menghadapi negara-negara maju. Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno menekankan hal ini dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu. Mineral kritis memberi daya ungkit bagi negara-negara Non-Blok, termasuk di Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Namun, masih kurangnya diskusi antar negara Non-Blok terkait hal tersebut merupakan perhatian serius. Havas menyoroti pentingnya dialog antarnegara dalam skala lebih luas untuk saling belajar dan mengoptimalkan sumber daya mineral kritis guna mendatangkan keuntungan ekonomi yang signifikan. Sejak Konferensi Asia Afrika tahun 1955 dan pembentukan Gerakan Non-Blok, negara-negara ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dinamika ini menciptakan daya tawar yang lebih besar bagi negara-negara Non-Blok, dan Havas juga mendorong kerja sama dalam mencari alternatif pembiayaan perubahan iklim serta penentuan harga gas efek rumah kaca yang adil. Dengan demikian, kerja sama antar negara berkembang dalam mengelola mineral kritis dan isu-isu lingkungan menjadi krusial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan global yang berkelanjutan.
